JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan kebijakan suku bunga acuan BI yang tetap di level 3,75% diperkirakan masih konsisten untuk menjaga stabilitas Rupiah serta menjangkar ekspektasi inflasi dalam jangka pendek.
Dari sisi rupiah, volatilitas rupiah cenderung menurun sejak awal Desember ditopang oleh sentimen risiko yang cenderung membaik setelah perkembangan vaksin di berbagai negara termasuk pemerintah Indonesia yang berkomitmen untuk mendorong proses vaksinasi pada semester I tahun 2021 dengan telah didatangkannya vaksin dengan jumlah 1,2 juta dosis yang akan dilanjutkan pada awal tahun 2021 mendatang.
Baca juga: Suku Bunga Acuan BI Diprediksi Turun Lagi Jelang Akhir Tahun
" Penurunan volatilitas tersebut mendukung stabilnya nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Sementara itu, terkait dengan ekspektasi inflasi tahun 2021 juga diperkirakan akan cenderung meningkat sejalan dengan ekspektasi pemulihan sisi permintaan perekonomian sehingga mendorong peningkatan inflasi 2021 >2% dibandingkan dengan inflasi akhir tahun 2020 yang diperkirakan <2%," kata Piter saat dihubungi MNC Portal di Jakarta, Kamis (17/12/2020).
Selain peningkatan inflasi yang didorong oleh pemulihan sisi permintaan perekonomian, peningkatan inflasi juga berpotensi dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan tarif cukai hasil tembakau yang akan mulai berlaku pada awal tahun 2021.
Baca juga: Suku Bunga BI Turun Kencangkan Laju Pertumbuhan Kredit
"Meskipun suku bunga acuan BI diperkirakan tetap pada bulan ini,amun transmisi penurunan suku bunga acuan BI diperkirakan masih akan terus berlanjut dalam jangka pendek ini sedemikian sehingga dapat mendukung pemulihan pelaku usaha baik UMKM dan korporasi yang akan mendorong proses pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun 2021," tandasnya.
(Fakhri Rezy)