JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan transformasi BUMN dilakukan untuk mendorong bisnis model perusahaan. Transformasi bisnis dilakukan untuk menjawab tantangan zaman saat ini, khususnya di era pandemi Covid-19.
Menteri BUMN, Erick Thohir menyebut, bisnis model menjadi tantangan bagi manajemen korporasi negara di tengah krisis kesehatan dan ekonomi dunia saat ini.
Baca Juga: Erick Thohir: 60% BUMN Masih Bergantung pada Penugasan Negara
Dia mencatat, bila perusahaan tidak mampu melakukan pembaharuan dan memperkuat bisnis model, kemungkinan pasca pandemi Covid-19 BUMN berada pada pilihan hidup atau mati.
"Challenge terbesar hari ini justru Bisnis model masing-masing BUMN ini, setelah pasca Covid-19 bisa hidup atau tidak," ujar Erick dikutip dalam laman Instagram @erickthohir, Sabtu (26/6/2021).
Baca Juga: RUU BUMN, Tanri Abeng Siapkan Buku Privatisasi dan IPO Perusahaan Negara
Mantan Bos Inter Milan itu menyebut, baru di bawah 50% atau rata-rata 40% perseroan pelat merah yang sudah bisa bersaing dengan perusahaan asing dan swasta. Sementara, 60% perusahaan masih bergabung pada penugasan dan berada dalam zona nyaman.
"Kita harus berjujur diri, di bawa 50% sudah siap berkompetisi secara terbuka dengan asing dan swasta. 60% itu masih bergantung kepada penugasan ataupun masih dalam situasi comfort zone," kata dia.
Erick menegaskan, perlunya perubahan paradigma dewan direksi dan komisaris. Dimana, manajemen harus memposisikan BUMN sebagai perusahaan yang bisa berkompetisi di kancah nasional dan global.
Bahkan, perusahaan harus mampu memberikan dividen sebesar-besarnya kepada negara. Dalam konteks ini, dia mencatat baru 10-12 perusahaan saja yang berkontribusi kepada negara.
"Karena negara membutuhkan pemasukan baru di luar pajak untuk merealisasikan program-program rakyat. Kalau BUMN ini roboh tidak ada tulang punggung lagi negara ini" kata dia.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)