Sebelumnya, Pakuwon Jati membukukan marketing sales sebanyak Rp427 miliar selama kuartal I-2021, realisasi ini meningkat 17% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Minarto menjelaskan, pertumbuhan ini merupakan kontribusi oleh penerapan tingkat suku bunga yang rendah dan fasilitas insentif PPN oleh pemerintah, hal ini terbukti mampu mendorong kenaikan marketing sales perseroan. “Nilai marketing sales tersebut ekuivalen dengan 30,5% dari target perseroan untuk tahun 2021 sebesar Rp1,4 triliun,” jelasnya.
Sedangkan untuk pencapaian selama tahun 2020, perseroan mengalami penurunan pendapatan bersih sebanyak 44,86% menjadi Rp3,97 triliun, dari tahun sebelumnya Rp7,20 triliun. Sebagian besar penurunan ini dikontribusi oleh berkurangnya pendapatan dari segmen development revenue. Secara rinci, pendapatan ini berasal dari recurring income yakni sebesar Rp2,30 triliun atau setara 58% recurring revenue.
Jumlah itu menurun 37,7% dari sebelumnya mampun berkontribusi hingga Rp3,69 triliun. Sedangkan sisanya yakni 42% disumbang oleh development revenue yang berjumlah Rp1,67 triliun, juga turun 52,2% dari Rp3,50 triliun."Menurunnya segmen development revenue disebabkan oleh penerapan pengakuan penjualan sesuai PSAK 72 yang mulai diberlakukan sejak 2020, dimana pengakuan penjualan berdasarkan handover (penyerahan unit) tidak lagi berdasarkan percentage of completion,” ujarnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)