Selain itu, tujuh dari 10 responen dari 25 pasar di dunia setuju bahwa mereka cenderung membeli merek yang mencerminkan nilai pribadi mereka (70 persen). Hubungan ini paling kuat di Nigeria (91 persen), China (86 persen), Kenya & Filipina (keduanya 85 persen), dan Indonesia (81 persen), sementara orang Meksiko dan Denmark paling tidak setuju (masing-masing 51 persen).
Terkat pemilihan merek, mayoritas pasar di dunia masih belum banyak memilih merek lokal. Mereka berpendapat bahwa merek global memilik produk yang lebih unggul dibandingkan merek lokal negaranya, seperti di Nigeria (77 persen), Kenya (67 persen), India (62 persen), Thailand (58 persen), dan Singapura (55 persen).
Hal itu berbeda dengan pasar Indonesia di mana 59 persen konsumen tidak setuju bahwa merek global memiliki produk yang lebih baik daripada merek lokal. Data itu selaras dengan data survei yang sama bahwa 87 persen konsumen di Indonesia lebih cenderung untuk memilih membeli produk lokal dibandingkan produk global.
"Untuk pasar Indonesia, dari data hasil survei Ipsos Global Trends 2021 terlihat nyata bahwa belanja online dan pilihan merek lokal sangat menonjol dan peningkatanya sangat signifikan bila dibandingkankan sebelum pandemi," kata Soeprapto Tan.
Selain karena faktor kemudahan penggunaan saluran belanja online, seperti aplikasi, situs, sosial media, dan lainnya, faktor kemudahan menemukan penawaran atau promo lebih banyak dan lebih baik menjadi salah satu pertimbangan konsumen lebih cenderung memilih belanja online dibandingkan di toko.
"Dan untuk pilihan merek lokal, konsumen merasakan merek lokal Indonesia saat ini dapat bersaing bahkan dengan merek global. Untuk itu, saya melihat produk lokal dan belanja online masih akan tetap menjadi pilihan konsumen ke depannya," ujar Soeprapto.
(Dani Jumadil Akhir)