BENGKULU - Kepala Bidang (Kabid) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP), Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP), Provinsi Bengkulu Helmi Yuliandri mengatakan, petani kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.
Diketahui, kebutuhan pupuk bersubsidi jenis Urea, berdasarkan data yang disusun setiap kabupaten dan kota di Bengkulu, sekitar 60 ribu ton.
Helmi menyebut, yang dialokasikan untuk petani hanya sekira 24 ribu ton. Sehingga, hal ini menjadi menyulitkan para petani di 10 kabupaten dan kota di daerah ini.
BACA JUGA:Mulai Juli 2022, Komoditas Sawit Tidak Dapat Pupuk Bersubsidi
Untuk tahun tahun ini, alokasi untuk pupuk bersubsidi secara nasional, sebesar Rp22 triliun hingga Rp26 Triliun.
Namun, yang bisa dialokasikan pemerintah hanya Rp9 Triliun.
Hal tersebut, menjadi salah satu penyebab dari kesulitan pupuk bersubsidi untuk dialokasikan ke provinsi dari pusat.
Meskipun demikian, hal tersebut bisa disikapi dengan pengalokasian dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/kota.
"Memang pupuk ini alokasi dari pusat kurang. Kekurangan ini dari tahun ke tahun. Mungkin dari anggarannya. Tapi, APBD Provinsi, tahun ini mengalokasikan pupuk subsisi jenis NPK sebanyak 20 ribu ton. Namun, APBD Provinsi tidak mengalokasikan pupuk subsisi jenis Urea," kata Helmi, saat ditemui dikantornya, Jumat (18/3/2022).
BACA JUGA:Harga Terjangkau, Petani Lampung Rasakan Manfaat Pupuk Subsidi
Untuk APV PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (PUSRI), Daerah Bengkulu, Eriyansyah menjelaskan, kebutuhan pupuk bersubsidi di Bengkulu, hanya sekira 27.738 ton.
Dia menjelaskan, kebutuhan pupuk subsidi sempat naik sebanyak 29 ribu ton, namun pupuk tersebut tidak habis.
Eriyansyah menyebut, jika kebutuhan pupuk di Bengkulu, hanya kisaran 21 ribu hingga 22 ribu ton.
"Sempat naik 29 ribu ton, tidak habis. Paling kebutuhannya 21 ribu ton hingga 22 ribu ton," bebernya.
Hingga Maret 2022, sales order (SO) pupuk bersubsidi jenis urea di Provinsi Bengkulu, sebanyak 7.111 ton.
Sementara, kalau Delivery Order (DO), kata Eriyansyah, sudah 6.319 ton.
"Untuk SO pupuk bersubsidi hingga per hari ini, sudah 102 persen. Kalau DO-nya sudah per hari ini sudah 91 persen. DO ini barang yang sudah diantar ke kios," ungkapnya.
Menurutnya, dari angka-angka tersebut, tentu sudah tidak ada kelangkaan lagi.
Selain itu, pihaknya menyalurkan berdasarkan alokasi, SK Mentan, SK Gubernur, SK Bupati dan SK Wali Kota.
Saat ini, PUSRI memiliki stok pupuk bersubsidi sebanyak 1.300 ton, untuk 10 kabupaten dan kota.
Sementara, penyampaian administrasinya sudah ada sebanyak 2200.
"Itu untuk stok dua minggu ke depan. Stok kita akan bertambah terus dari Palembang," ucapnya.
Dia mengatakan, berdasarkan keputusan Menteri Pertanian, tentang Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi, sektor pertanian tahun anggaran 2022, untuk harga eceran pupuk bersubsidi Urea Rp2.250 per kg, pupuk SP-36 Rp2.400 per kg.
Lalu, pupuk ZA Rp1.700 per kg, NPK Rp2.300 per kg, NPK untuk Kakao Rp3.300 per kg, Organik Rp800 per kg, dan pupuk Organik Cair Rp20.000 per liter.
"HET pupuk bersubsidi berlaku untuk pembelian oleh petani di pengecer resmi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)