JAKARTA - Pemerintah Pakistan memberlakukan larangan impor terhadap 36 lebih barang mewah nonesensial. Hal ini diputuskan sebagai bagian dari rencana ekonomi darurat untuk menstabilkan perekonomian nasional.
"Ada situasi darurat dan Pakistan harus berkorban dengan diterapkannya rencana ekonomi. Ini akan berdampak cepat pada cadangan devisa negara," ujar Menteri Informasi dan Penyiaran Pakistan Maryam Aurangzeb, dikutip dari Antara, Sabtu (21/5/2022).
Baca Juga: Serangan Bom Bunuh Diri Tewaskan 8 Orang di Pakistan
Pakistan harus mengurangi ketergantungannya pada impor untuk menempatkan negara itu di jalur stabilitas dan kemajuan ekonomi, lanjut Maryam.
Dia menambahkan, pemerintah telah berupaya menerapkan kebijakan berorientasi ekspor, yang akan menguntungkan industri dan produsen lokal, serta menciptakan lapangan pekerjaan.
Baca Juga: Bikin Merinding! Ini Deretan Kota-Kota Paling Berbahaya di Dunia
Perkembangan ini terjadi setelah rupee Pakistan terus merosot dalam beberapa pekan terakhir, mencapai nilai terendahnya sepanjang sejarah yaitu 200 rupee (100 rupee Pakistan = Rp7.316) terhadap 1 dolar AS (1 dolar AS = Rp14.731) di pasar antarbank pada Kamis, terdepresiasi 0,81 persen dibandingkan hari sebelumnya (Xinhua).
Penurunan rupee Pakistan disebabkan oleh meningkatnya tagihan impor, meningkatnya defisit transaksi berjalan, dan menipisnya cadangan devisa, menurut para ahli ekonomi.
(Feby Novalius)