Petugas kebersihan bernama Lalitha Jayasundara menyebut bertahan hidup setiap hari adalah perjuangan.
Warga lain bernama Akalanka Punchihewa juga mengaku kehilangan pekerjaan pengiriman makanannya baru-baru ini setelah restoran tempat dia bekerja tutup.
Dia memiliki anak kecil dan orang tua yang sakit tetapi tidak ada cara untuk menafkahi mereka, kata laporan itu.
“Kami memasak dengan kayu bakar dan harus berhenti memberikan susu kepada anak kami,” ungkapnya.
“Kami tidak mampu membayar harga ini," pungkasnya.
Terlepas dari bantuan dari negara-negara tetangga termasuk India, kurangnya cadangan devisa dan harga pangan global yang tinggi telah menyulitkan pemerintah untuk mengimpor barang-barang penting.
Sementara inflasi yang tak terkendali dan pengangguran yang meluas membuat sebagian besar keluarga tidak mampu membeli apa yang ada.
Dalam sebuah pernyataan blak-blakan, menteri energi Sri Lanka dilaporkan telah meminta masyarakat menahan diri dari antrean bensin selama tiga hari ke depan.
Pihak berwenang mengumumkan pekan lalu bahwa pekerja pemerintah, kecuali mereka yang berada di bidang penting seperti perawatan kesehatan, akan bekerja dari rumah.
Ini terjadi karena mereka kekurangan bahan bakar saat ini dan masalah di fasilitas transportasi.
(Zuhirna Wulan Dilla)