Fenomena ini pun bentuk multiplier effect dari tren media sosial dan urban tourism. Urban Tourism terjadi karena ada konten media sosial dari media, konten kreator, hingga anak nongkrong itu sendiri berhasil membuat Jalan Sudirman jadi ramai dikunjungi dan menjadi destinasi wisata.
Hal lain yang penting adalah, terjadi pertumbuhan ekonomi di sekitar Sudirman. Omzet pedagang seperti penjual kopi dan lainnya meningkat.
Sebelumnya, Pedagang di Kawasan Sudirman dan Dukuh Atas mengaku pendapatannya meningkat seiring banyaknya ABG atau bocah Citayam, Bojonggede dan Depok nongkrong di Kawasan Dukuh Atas, Menteng, Jakarta Pusat. Bahkan pendapatan dari jualan bisa ratusan ribu Rupiah.
Pedagang Starling (Kopi Keliling) Toriman mengaku senang dengan adanya fenomena Bocah Citayam. Hal tersebut lantaran adanya peningkatan penjualan dibandingkan sebelum adanya fenomena ini.
"Dulu sebelum seperti sekarang (Fenomena ABG di Sudirman) paling banyak Rp200 per hari, tapi pas adanya fenomena itu sehari bisa Rp700 ke atas paling sedikit," katanya.
Namun saat ini, para pedagang mengeluhkan dengan adanya aturan yang tidak memperbolehkannya berjualan di area Taman Stasiun BNI.
"Untuk karang malah ada penuruan omset, karena adanya aturan baru yang tidak memperbolehkan berjualan di situ (area dekat taman)," kata Marya.
(Feby Novalius)