Pada permulaan bisnisnya Kurnia mengalami banyak sekali kesulitan akibat kurangnya pengalaman.
Makanan banyak yang tak habis terjual dan akhirnya terbuang percuma.
Dari situ Kurnia mulai belajar pengelolaan gudang bahan pangan dan mengatur jam kerja pegawainya.
Selain itu, dia juga mengatur waktu buka toko dimana pada hari Minggu seluruh toko tutup tetapi Hero tetap buka.
Hal ini mendapat sambutan baik dari masyarakat dan membuat Hero terus berkembang pesat.
Kesuksesan yang diraih Kurnia tidak lepas dari pengaturan waktu, kelancaran ekonomi serta dukungan dari kerabat.
Melihat perkembangannya, saham (IPO) Hero terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode HERO.
Tahun 2018 aset Hero sudah mencapai Rp7,84 triliun. Setelah pendirinya wafat pada 10 Mei 1992, bisnis ritel terbesar ini beralih ke tangan pewarisnya yaitu Ipung Kurnia. Awalnya tahun 1989-1992, Ipung menjadi direktur. Tahun 1992-2008, dia menjadi direktur utama.
Sebagai pewaris Ipung meluaskan cakupan bisnis Hero menjadi Giant, IKEA (perabotan rumah) dan Guardian (toko obat).
Setelah beberapa kali berganti kepemilikan, Hero menutup total 26 toko ritel karena penjualan ritel yang buruk dalam beberapa minggu terakhir bulan Januari. Sekitar 532 karyawan telah diberhentikan.
Ini adalah berita buruk jika bisnis ritel tradisional menurun dan bisnis e-commerce mengambil alih.
Penutupan ini tidak mengherankan karena PT Mitra Adi Perkasa Tbk (MAPI) telah menutup department store Lotus dan Debenhams pada tahun 2017.
Begitu pula dengan PT Modern Internasional Tbk (MDRN) yang menutup gerai Seven-Eleven di Indonesia.
Penurunan bisnis supermarket Hero kini dibantali IKEA dan Guardian sehingga tidak terlalu merosot.
Sebab menurut manajerial Hero, bisnis non makanan kini memang sedang diminati dan mampu menutupi kerugian yang dialami.
(Zuhirna Wulan Dilla)