“Sama sekali tidak punya keberpihakan terhadap pertumbuhan ekonomi maupun efek domino proyek Smelter Freeport Gresik ini," ujarnya.
Menurut Redi, pihak Chiyoda Japan lebih memilih belanja produk dan menentukan pilihan pada barang impor yang harusnya dapat diperoleh dari pabrikan lokal indonesia.
Salah satu contohnya adalah pabrikan lokal Rack Kabel (Cable Tray) di mana di Indonesia sudah sejak 1980-an memiliki beberapa produsen lokal yang sudah lulus dan lolos standar internasional bahkan sudah mendukung banyak proyek internasional di Indonesia, namun pada kenyataannya dikalahkan dengan keputusan Chiyoda Japan untuk membeli produk sejenis dari luar negeri.
"Hal ini sangatlah disayangkan sekali mengingat bahwa pemilik 51% saham Freeport adalah Indonesia. Bahkan Indonesia merdeka 77 tahun ini, ternyata masih tidak merdeka di mega proyek smelter Freeport. Masih dikalahkan oleh kontraktor Chiyoda Japan yang mendapatkan kontrak dari Freeport Indonesia," ujarnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)