Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hadapi Badai, Ini Skenario Terburuk Ekonomi Versi Luhut hingga IMF

Shelma Rachmahyanti , Jurnalis-Rabu, 12 Oktober 2022 |19:05 WIB
Hadapi Badai, Ini Skenario Terburuk Ekonomi Versi Luhut hingga IMF
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah melakukan stress test untuk mengidentifikasi risiko dan langkah yang perlu disiapkan untuk menghadapi ancaman resesi global pada 2023.

"Presiden sudah perintahkan kemarin untuk melakukan stress test. Dicek, kalau ada skenario begini, skenario begini, apa yang terjadi, bagaimana ekonomi kita masih bisa tidak," katanya di Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Luhut menyebut Indonesia bersiap menghadapi the perfect storm. Kondisi perfect storm terjadi karena adanya tiga permasalahan secara bersamaan, yaitu ancaman inflasi tinggi termasuk beberapa negara maju, resesi baik teknis maupun efektif, dan ketidakpastian akibat kondisi geopolitik.

Menurut Luhut, kondisi perfect storm bisa terjadi pada negara manapun di dunia, sehingga Indonesia pun harus berhati-hati.

Terlebih dengan situasi perang Rusia-Ukraina yang tidak tampak akan berakhir dan justru semakin memanas dan dikhawatirkan akan semakin membuat krisis pangan dan energi berlangsung lebih lama.

"Kalau sampai ada limited dan nuclear war, itu sudah sangat berbahaya karena kalau orang sudah terdesak, bukan tidak mungkin dia melakukan apa saja," katanya.

Oleh karena itu, Luhut mengatakan pemerintah saat ini sedang menghitung dan menyiapkan skenario-skenario terburuk untuk menghadapi kondisi tersebut. Ia hanya meminta semua pihak kompak menghadapinya.

Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkap skenario terburuk ekonomi global tahun depan. IMF memperkirakan harga-harga barang konsumen di seluruh dunia naik 8,8% tahun ini, naik dari 4,7% pada 2021.

IMF menyebutkan sederet ancaman termasuk perang Rusia dan Ukraina, tekanan inflasi kronis, suku bunga yang buruk dan konsekuensi pandemi Covid-19 yang masih tersisa.

Badan pemberi pinjaman beranggotakan 190 negara itu memperkirakan bahwa perekonomian dunia hanya akan tumbuh 2,7% tahun depan, turun dari perkiraaan Juli lalu sebesar 2,9%.

Sementara perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak direvisi, masih pada angka 3,2% - turun tajam dari angka pertumbuhan tahun lalu sebesar 6%.

“Skenario terburuk baru akan terjadi,” kata kepala ekonomi IMF Pierre-Olivier Gourinchas dilansir dari VOA, Rabu (12/10/2022).

Tiga ekonomi besar – AS, China dan Eropa – melambat. Negara-negara yang mewakili sepertiga ekonomi dunia itu akan terkontraksi tahun depan, sehingga tahun 2023 “akan terasa seperti resesi” bagi banyak orang di seluruh dunia.

Dalam perkiraan terakhirnya, IMF memangkas prospek pertumbuhan AS menjadi 1,6% tahun ini, turun dari prediksi di bulan Juli sebesar 2,3%. IMF memperkirakan AS hanya akan tumbuh pada angka satu koma tahun depan.

Badan itu memperkirakan ekonomi China hanya akan tumbuh 3,2% tahun ini, turun drastis dari angka pertumbuhan tahun lalu sebesar 8,1%. Beijing telah menerapkan kebijakan nol-COVID yang kejam dan menindak pinjaman real estat yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas bisnis negara itu.

Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan meningkat menjadi 4,4% tahun depan – tergolong rendah untuk standar China.

Dalam pandangan IMF, ekonomi blok beranggotakan 19 negara Uni Eropa, yang menggunakan mata uang euro dan terseok-seok akibat harga energi yang meroket akibat serangan Rusia ke Ukraina dan sanksi yang dijatuhkan Barat kepada Moskow, hanya akan tumbuh 0.5% tahun depan.

Perekonomian dunia terombang-ambing sejak pandemi COVID-19 menghantam seluruh dunia pada awal 2020. Pertama, pandemi dan lockdown yang diakibatkannya menyebabkan perekonomian dunia terhenti pada musim semi 2020.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement