JAKARTA - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyiapkan strategi menyikapi gejolak ekonomi global yang akan terjadi pada 2023. Langkah tersebut dilakukan agar industri ritel dan pusat perbelanjaan bisa bertahan di tengah ancaman resesi.
Ketua APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan, pengusaha ritel dan pusat perbelanjaan harus fokus pada pengunjung. Alasannya, mal tidak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli, namun juga tempat berinteraksi antara pengunjung.
Baca Juga:Â BLT dan Bansos Bisa Jadi 'Senjata' Hadapi Badai Ekonomi?
“Mal fungsinya buying plus journey. Kalau nggak bisa melakukan ini nggak bisa survive. Berikutnya, kalau mau jadi leading fungsi buyingnya jadi yang kedua. Ini the next level dari pusat perbelanjaan. Journey-nya itu yang harus diberikan," ungkap Alphonzus dalam seminar APPBI, Kamis (13/10/2022).
Menurutnya, bila pusat perbelanjaan hanya fokus pada produk, maka akan kalah dengan platform e-commerce. Berkaca dari pengalaman, kata Alphonzus, pusat perbelanjaan yang fokus pada pembelian produk tidak mampu bertahan.
“Kalau kita bicara mal, saat ini secara umum kalau bicara mal bukan bicara lagi soal fungsi belanja atau tempat belanja dan tak identik lagi dengan buying dan belanja. Ini yang terjadi saat ini dan sudah terjadi sebelum covid tapi covid mempertegas lagi,” katanya.
Baca Juga:Â Catat Penerima Bansos Jangan Sampai Ada yang Lolos, Jokowi: Kalau Kurang Kita Rapat Lagi
Senada, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mencatat industri ritel dan pusat perbelanjaan mengalami disrupsi digitalisasi. Akibatnya, terjadi pergeseran budaya konsumen.
Pergeseran budaya konsumsi yang dimaksud adalah adanya tren belanja masyarakat melalui online di platform e-commerce. Sebelumnya, masyarakat harus mendatangi Mall untuk berbelanja.
Baca Juga: 50 Tahun Berkarya, Indomie Konsisten Hidupkan Inspirasi Indomie untuk Negeri
Follow Berita Okezone di Google News