Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bahaya Ajukan Paylater, Mudah Didapat Eh Kaget Pas Bayar di Akhir Bulan

Noviana Zahra Firdausi , Jurnalis-Sabtu, 31 Desember 2022 |18:13 WIB
Bahaya Ajukan <i>Paylater</i>, Mudah Didapat <i>Eh</i> Kaget Pas Bayar di Akhir Bulan
Risiko Ajukan Paylater. (Foto: Okezone.com/Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Jumlah pelanggan baru paylater meninggat 55% selama pandemi Covid-19. Hal tersebut berdasarakn survei yang dilakukan Katadata Insight Center dan Kredivo terhadap 3.560 responden.

Meningkatnya jumlah pelanggan baru, meningkat juga tunggakan paylater yang mayoritas digunakan anak-anak muda. Pasalnnya, bisa ajukan paylater meski belum berpenghasilan

Krisna pria 23 tahun ini pertama kali menggunakan paylater sekitar tiga tahun yang lalu ketika dia masih berstatus mahasiswa dan belum berpenghasilan.

Prosesnya pun cukup mudah, hanya dengan mengisi data di aplikasi yang kemudian disetujui dalam waktu kurang dari 24 jam.

“Aku ingin jajan tanpa diketahui orang tuaku, nggak perlu repot-repot minta orang tua dan merasa bisa lebih leluasa,” kata Krisna yang pada akhirnya meminta uang ke orang tuanya untuk membayar tagihan paylater, dikutip dari BBC Indonesia, Sabtu (31/12/2022).

Baca Juga: Paylater Bikin Anak Muda Indonesia Terlilit Utang

Dia terdaftar menggunakan paylater di dua aplikasi. Salah satunya di layanan e-commerce, yang biasanya dia manfaatkan untuk membeli hal-hal yang berkaitan dengan hobinya.

“Aku suka koleksi K-Pop dan anime nih, aku bayar pakai paylater. Aku hitung per bulan harus bayar berapa supaya di akhir bulan nggak kaget,” kata dia.

Suatu waktu, dirinya mengaku kebablasan sampai tagihan paylater-nya mencapai Rp5 juta. Pada saat itu, dia kembali dibantu oleh orang tuanya untuk membayar tagihan tersebut.

“Ketika pakai paylater, yang di kepalaku adalah bayarnya kecil-kecil. Itu membuat kita berpikir bahwa itu masalah yang bisa dipikirkannya nanti aja,” ujarnya.

Baca Juga: Nyaman dan Mudah, Inilah 8 Keuntungan Menggunakan PayLater

Pengalaman lain diungkap Toni, bukan nama sebenarnya. Pertama kali menggunakan paylater sekitar empat tahun yang lalu untuk membeli ponsel dan laptop.

Dia tertarik mendaftar paylater karena mendapat penawaran dari aplikasi jasa perjalanan serta e-commerce untuk mengaktifkan fitur tersebut.

Bermodal identitas dan persetujuan pengguna, dalam 24 jam berikutnya, Toni bisa mengakses layanan paylater.

“Waktu itu, dengan skema cicilan yang ditawarkan, misalnya mau beli handphone dengan harga Rp5 juta dan bayarnya bisa 10 kali, itu terasa lebih gampang dibanding harus nabung selama itu untuk bisa beli barangnya,” kata Toni.

Toni mengaku kebablasan menggunakan paylater hingga jumlahnya mencapai hampir empat kali dari gajinya dalam sebulan. Cicilan yang harus dia bayar juga terus menumpuk dari berbagai platform, ditambah bunga dan denda keterlambatan.

“Sampai pada titik ternyata untuk bayar cicilan aja sudah habis setengah gaji saya, belum lagi untuk kebutuhan hidup yang lain dan waktu itu saya mau nikah juga,” kenang Toni.

“Akhirnya barang-barang saya lepas semua untuk menutup [cicilan]. Aset saya jual, handphone saya jual atau ada juga yang saya gadai, ngirit ongkos dan makan juga,” kata dia.

Namun, untuk keluar dari jerat cicilan paylater juga tidak mudah.

Sampai saat ini, Toni belum terbebas dari cicilan itu. Dia telah menunggak di beberapa platform selama beberapa tahun. Toni bahkan masih bergantung pada dana pinjaman untuk menutupi kebutuhan hidupnya.

Sebagai konsekuensinya, Toni tidak bisa mengajukan cicilan rumah akibat riwayat skor kreditnya yang buruk.

“Sempat ada perasaan marah, tapi ya sudah kejadian. Hidup juga harus terus berjalan.

“Sekarang harus nahan diri, memang ini godaan, kayak setan yang di depan mata tapi tidak terlihat. Ketika kita sadar bahwa uang kita enggak cukup lagi untuk bayar, baru di situ terasa menyesal,” ujar dia

(Dani Jumadil Akhir)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement