Faktor penguat IHSG lainnya adalah sektor Metal Mining, terutama nikel, serta sektor pendukungnya seperti transportasi perkapalan akan diuntungkan dari pengoperasian smelter baru di akhir 2023 dan 2024.
"Kami memperkirakan konsumsi akan pulih di semester II-2023, disebabkan adanya dampak positif dari kenaikan upah, dampak inflasi yang mulai berkurang, dan daya beli masyarakat biasanya membaik menjelang tahun Pemilu. Selain itu, penurunan harga komoditas juga dapat menurunkan biaya produksi dan biaya bahan baku," katanya.
Akan tetapi investor perlu mencermati adanya potensi penurunan dan volatilitas IHSG di paruh pertama 2023. Dari perspektif analisa teknikal saham, asumsi dasar menunjukkan bahwa IHSG memiliki potensi penurunan ke level IHSG 6.500 pada semester I-2023 yang disebabkan ketidakpastian kondisi makroekonomi yang akan meningkatkan volatilitas pasar.
Investor disarankan untuk melakukan pendekatan bottom-up dengan strategi Buy On Weakness pada saham-saham berkapitalisasi pasar besar dengan fundamental yang baik.
Pihaknya memperkirakan IHSG akan kembali bullish di paruh kedua 2023 dengan target IHSG di 7.450, sesuai dengan target tim riset RHB Sekuritas Indonesia yang menggunakan asumsi dasar rasio P/E tahun 2024 sebesar 11,3x (-1,5x standar deviasi rata-rata lima tahun terakhir), serta pertumbuhan laba bersih IHSG 2023-2024 sebesar 7,1-8,2%.
Sektor dan saham andalan yang dapat dicermati di 2023, dari sektor Finansial (BBRI & BBNI), Metal Mining (INCO), Oil & Gas (PGAS), Shipping (PSSI & TPMA), dan Konsumer (MYOR & ROTI).
CEO RHB Sekuritas Indonesia Thomas Nugroho mengatakan agar investor tetap optimis dalam volatilitas pasar, serta tidak perlu panik dengan berita-berita negatif yang muncul, karena dalam setiap gejolak, tentu akan timbul peluang-peluang investasi yang baik bagi para investor di seluruh Indonesia.
(Dani Jumadil Akhir)