Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Periskop 2023: Tips Kelola Keuangan di Tengah Ancaman Resesi

Fayha Afanin Ramadhanti , Jurnalis-Selasa, 10 Januari 2023 |11:16 WIB
Periskop 2023: Tips Kelola Keuangan di Tengah Ancaman Resesi
Ilustrasi keuangan. (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Indonesia di tahun 2023 sedang digonjang ganjing dengan ancaman resesi global.

Hal tersebut dikarenakan meningkatnya inflasi, persoalan geopolitik, serta krisis sumber daya alam.

Adapun saat ini kabarnya pandemi Covid-19 mulai mereda, namun hal itu belum menjadi solusi bagi masyarakat untuk dapat mengelola keuangannya dengan baik.

Selain itu, tatanan hidup yang berubah akibat pandemi juga menjadi faktor mengapa masyarakat belum dapat mengelola keuangan dengan baik.

 BACA JUGA:Ada Ancaman Resesi, Harga Emas Diprediksi Naik

Padahal mengelola keuangan merupakan hal penting untuk semua orang, khususnya bagi yang sudah memiliki penghasilan sendiri.

Akan tetapi, dalam mengelola keuangan tentunya Kamu juga harus mengetahui tak-tik atau strategi apa yang bisa digunakan. Mulai dari membuat catatan dana masuk, keluar, hingga berapa persen dana yang harus ditabung.

Oleh karena itu, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho memberikan sejumlah tips mengelola keuangan untuk menghadapi situasi resesi.

Menurutnya, skala prioritas penghasilan sangatlah penting.

"Kita bikin skala prioritas dari penghasilan kita, karena kita tahu kemungkinannya secara global akan terjadi resesi." Ucapnya kepada tim Okezone saat diwawancarai, di Jakarta, Senin 2 Januari 2023.

Lantas, apa saja strategi serta tipsnya? Simak rinciannya di bawah ini.

1. Membuat Skala Prioritas Penghasilan

Prioritaskan pengeluaran yang bersifat wajib, sangat penting, ataupun darurat. Contohnya seperti cicilan hutang, bayar/beli token listrik, dan membayar uang sekolah anak.

Sementara, untuk pengeluaran yang harus disesuaikan seperti piknik dan nongkrong itu sebaiknya dikurangi.

Jika tidak mendesak, lebih baik dihindari guna menjaga kestabilan keuangan di kondisi resesi. Mengatur gaya hidup itu penting.

2. Dana Darurat dan Investasi Harus Balance

Dana darurat dan investasi harus seimbang. Pasalnya, uang cash atau setara cash memang selalu menjadi raja (Cash is The King) karena uang cash cepat untuk dicairkan dalam keadaan darurat. Akan tetapi, jika uang itu hanya didiamkan dan tidak diinvestasikan tentu uang tersebut akan kalah dengan inflasi.

“Tetap harus berinvestasi, namun kita harus investasikan di instrumen investasi yang risikonya rendah atau maksimal sedang. Konservatif maksimal di moderat,” Ujar Andy.

Contoh investasi risiko rendah adalah deposito, logam mulia, reksadana yang berbasis pasar uang.

Sedangkan untuk investasi risiko sedang adalah obligasi ritel negara, surat berharga negara, dan reksadana yang basisnya pendapatan tetap atau campuran.

Adapun tujuannya yaitu seandainya nantinya terjadi resesi, dana tersebut tidak langsung tergerus karena risiko investasi dan dengan cepat bisa langsung dipindah-cairkan lagi.

Tidak lupa, lakukan juga investasi sekiranya 20% atau 30% pada instrumen yang cukup tinggi seperti pasar saham dan reksadana pasar saham. Tujuannya paling tidak masih ada pertumbuhan yang cepat untuk hasil investasi.

3. Ideal Besaran Dana Darurat

Bahkan, saat kondisi sedang baik-baik saja setiap orang tetap harus mempunyai dana darurat.

Jumlah besarannya pun berbeda-beda, seperti untuk yang masih single idealnya itu mempunyai dana darurat tiga kali dari penghasilannya per bulan. Tujuannya jika suatu saat nanti kondisi sedang tidak bagus dan ada PHK, setidaknya masih punya dana cadangan untuk hidup tiga bulan ke depan.

Sementara untuk yang sudah berkeluarga idealnya mempunyai dana darurat enam kali kali dari penghasilannya per bulan.

4. Boleh Liburan Tapi Harus Disesuaikan

Menurut Andy, penghasilan yang dianggarkan untuk liburan itu sangat perlu. Guna menyegarkan kembali pikiran dan kondisi tubuh agar bisa bekerja lebih giat lagi. Untuk besaran anggarannya yaitu 10% dari penghasilan bulanan.

Namun, semua kembali lagi pada kondisi masing-masing. Misalnya, dengan harga-harga yang naik kebutuhan wajibnya belum tercukupi, berarti untuk anggaran liburannya harus dipotong yang tadinya 10% turun menjadi 5%.

“Dalam kondisi krisis semua kembali lagi pada skala prioritas untuk semua pengeluaran-pengeluaran kita. Lebih utamakan membayar kebutuhan wajib sambil mengurangi gaya hidup,” tambahnya.

Sekiranya pilih tempat yang hanya mengeluarkan sedikit uang. Sesuaikan dengan budget dan kemampuan masing-masing.

5. Pekerja Baru Harus Mempunyai Rencana Jangka Pendek Menengah

Para pekerja baru haruslah mempunyai rencana jangka pendek atau menengah. Sehingga untuk pengeluaran budgetnya akan terfokus pada rencananya. Alokasikan sekitar 20% atau 25% untuk ditabung agar target utama tercapai.

Adapun, pendapat lain dari Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Mike Rini, yaitu alangkah baiknya di tengah resesi seperti ini penghasilan bisa ditingkatkan, ciptakan sumber penghasilan yang lain sehingga memiliki rencana lain ketika kehilangan pekerjaan dan penurunan penghasilan.

“Ketika kita tidak terlalu bergantung pada satu penghasilan pekerjaan ini dan memiliki sumber pekerjaan lain, maka sebenarnya secara otomatis keuangan itu akan lebih aman. Jadi kita memiliki keamanan finansial yang lebih. Selain itu, dampaknya pada ketenangan batin yang lebih baik lagi,” Tegas Mike

Dana darurat juga tidak perlu terlalu berlimpah karena tidak efisien. Fungsinya hanya untuk disimpan bukan untuk mendapatkan keuntungan. Alokasi dana darurat haruslah lebih besar daripada investasi yang lain.

“Kebutuhan dana darurat mau dipakai sewaktu-waktu jika terjadi keadaan darurat, makanya itu diprioritaskan untuk mengalokasikan setoran dana darurat lebih besar daripada investasi yang lain,” tegasnya.

Selain itu, Mike juga menambahkan bahwa pengetahuan mengenai momentum atau situasi pasar juga sangat penting diketahui jika ingin melakukan investasi agar tidak mengalami kerugian.

“Anda harus betul-betul melihat momentum, karena tidak ada yang bisa memastikan arahnya kenaikan itu sampai seberapa jauh,” tambahnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement