JAKARTA - Harga batu bara menurun cukup signifikan pada penutupan Kamis (9/2/2023).
Di mana harga emas hitam periode Maret 2023 di bursa Newcastle anjlok 16,38% di USD191,50 per ton
Penurunan ini sekaligus menandai batu bara pamit dari level USD200 per ton, kendati pada penutupan terakhir sempat bertahan di level USD229 per ton.
Sinyal bearish ini juga menunjukkan ada penurunan sebesar 18,63% dalam lima hari terakhir.
Sejumlah faktor ekonomi membayangi penurunan harga energi fosil ini sehingga menghasilkan tekanan jual.
Ekspektasi terhadap perlambatan ekonomi global di tambah penurunan harga gas alam, serta peningkatan pasokan membawa batu bara kian tergerus.
BACA JUGA:Harga Batu Bara Naik, Emiten Energi Raup Banyak Cuan
Badan Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat memperkirakan penggunaan batu bara untuk energi di pembangkit listrik AS akan berkurang 2% pada tahun 2023.
Namun, EIA memperkirakan ekspor batu bara AS akan meningkat sekitar 2% pada tahun 2023, didorong untuk memenuhi permintaan yang meningkat di Eropa dan Asia.
“Bahkan ketika permintaan global untuk batu bara meningkat, kami memperkirakan berkurangnya permintaan energi di AS akan menyebabkan berkurangnya produksi batu bara di Amerika Serikat tahun ini dan 2024,” kata Administrator EIA, Joe DeCarolis.
Analisa JPMorgan Sekuritas pada akhir pekan lalu mencatat penurunan harga gas alam menciptakan tekanan terhadap harga batu bara berkalori tinggi.
Di sisi lain, batu bara kalori rendah yang banyak di Indonesia ikut terbebani lantaran pasokan yang relatif tinggi ditambah permintaan impor yang terbatas.