JAKARTA - Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo membahas soal event di Indonesia.
Dia menyebut bahwa perbaikan ekosistem event di Indonesia perlu dibarengi dengan langkah kolaboratif bersama seluruh stakeholder.
Dia pun mengatakan perbaikan ekosistem ini untuk menghadirkan penyelenggaraan event berkualitas.
Sehingga dampak yang diberikan dari event sangat dirasakan oleh masyarakat baik secara ekonomi maupun penciptaan lapangan pekerjaan.
BACA JUGA:Angela Tanoesoedibjo Sebut Event Musik di Indonesia Kalah Jauh Dibandingkan Singapura dan Australia
Sebagai contoh penyelenggaraan MotoGP yang digelar di Mandalika beberapa waktu lalu. Dari satu event tersebut dapat menghasilkan nilai tambah ekonomi diatas Rp4,5 triliun. Juga event F12HO yang akan diselenggarakan di Danau Toba, Sumatra Utara, mendorong pengembangan infrastruktur hingga kesadaran masyarakat untuk memperbaiki kulitas dari bisnis mereka demi menyambut kehadiran wisatawan yang berpartisipasi dalam F1H20.
Apalagi sejumlah perbaikan ekosistem penyelenggaraan event perlu digarap. Utamanya, dalam hal perizinan berbasis digital atau elektronik.
Perizinan digital diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pelaku industri, supaya semakin transparan dan akuntabel.
“Sebuah komitmen dari kami, juga arahan dari Presiden Joko Widodo bahwa kita harus mengaplikasikan digitalisasi perizinan event ke depan. Sehingga kawan-kawan penyelenggara juga mempunyai kepastian ke depannya ketika mereka merencanakan suatu event. Karena merencanakan event butuh waktu,” ujar Wamenparekraf dalam acara “Indonesia Event Management Summit (IVES) 2023 yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Kamis, 23 Februari 2023.
Selain perizinan, Wamenparekraf Angela juga berharap supaya standar penyelenggaraan event lebih tertata di masa mendatang.
Ini dikarenakan revenue atau pendapatan dari event musik Indonesia masih di bawah Singapura apalagi Australia. Padahal populasi Indonesia lebih besar dari kedua negara tersebut.
Berdasarkan data yang disampaikan Wamenparekraf, revenue event musik dari tiket online untuk Indonesia baru mencapai USD43 juta.
Sementara, Singapura berhasil meraih USD63 juta dan Australia sebesar USD535 juta. Angka ini menjadi dorongan dan motivasi bagi para pemangku kepentingan terkait untuk bisa menghadirkan standar penyelenggaraan event yang lebih baik ke depannya.
“Bagaimana kita punya standardisasi dari segi kualitas, keamanan, yang dimana semua para pelaku event tidak hanya di kota besar, tapi juga di daerah-daerah harus memiliki standar yang sama. Dan saya titip buatlah standar yang inklusif. Sehingga kita mampu mendorong pertumbuhan banyaknya penyelenggaraan event khususnya di berbagai daerah. Karena saya yakin dengan adanya berbagai event ada pemerataan ekonomi ke daerah-daerah tersebut,” jelasnya.
Turut mendampingi Wamenparekraf, Direktur Event Nasional dan Internasional Kemenparekraf/Baparekraf, Dessy Ruhaty.
(Zuhirna Wulan Dilla)