JAKARTA - Harga minyak akhirnya naik lebih dari 1% di akhir perdagangan Jumat. Harga minyak mendapat sentimen positif setelah data ketenagakerjaan AS mencatat kinerja lebih baik dari perkiraan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei terangkat USD1,19 atau 1,5% menjadi USD82,78 per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April bertambah 95 sen atau 1,3% menjadi USD76,68 per barel di New York Mercantile Exchange.
Meski naik, kedua harga acuan minyak mencatat penurunan lebih dari 3% sepanjang perdagangan minggu ini karena kekhawatiran kenaikan suku bunga AS.
Ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut di AS dan Eropa telah mengaburkan prospek pertumbuhan global dan mendorong penurunan kedua harga acuan minyak mentah minggu ini.
Federal Reserve AS mungkin memiliki lebih sedikit alasan untuk menaikkan suku bunga seagresif yang ditakutkan beberapa orang, setelah laporan pemerintah menyalakan kembali harapan untuk mengurangi inflasi di tengah tanda-tanda normalisasi pasar tenaga kerja yang terganggu pandemi.
Ketua Fed Jerome Powell juga telah memberi peringatkan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan berpotensi lebih cepat, dengan mengatakan bahwa bank sentral pada awalnya salah mengira inflasi bersifat "sementara". Pertemuan kebijakan moneter berikutnya direncanakan pada 21-22 Maret.
"Harga minyak berfluktuasi liar di tengah kekhawatiran baru kenaikan suku bunga Fed," kata Analis Price Group, Phil Flynn, dikutip dari Antara, Sabtu (11/3/2023).
Penguatan dolar juga membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Saham global, yang sering bergerak seiring dengan harga minyak, mencapai level terendah dua bulan karena investor membuang saham-saham bank.
Follow Berita Okezone di Google News