JAKARTA - Inilah sejarah berdirinya VOC 20 Maret. Tepat pada hari ini, sebuah perusahaan Hindia Timur Belanda, secara resmi bernama Persatuan Perusahaan Hindia Timur, Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) berdiri di Amsterdam, Belanda pada 20 Maret 1602.
Pada saat itu, VOC dipimpin oleh 17 orang pemilik kekuasaan yang sering disebut "De Heren Zeventien" artinya Tuan-tuan Yang Tujuhbelas orang.
Untuk mengenang 421 tahun lalu, hari jadi VOC berikut sejarah, latar belakang hingga tujuan perusahaan dagang Belanda yang Okezone rangkum melalui berbagai sumber.
Berdasarkan rangkuman Okezone, Senin (20/3/2023) VOC adalah persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Kenapa disebut Hindia Timur? Sebab adapun persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat, yang disebut Geoctroyeerde Westindische Copamgnie.
Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia sekaligus merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham. Di mana salah satu pemegang saham VOC terbesar adalah Isaac Le Maire, ia merupakan seorang pengusaha dan investor keturunan Yahudi asal Belgia.
Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah persekutuan badan dagang saja, namun badan dagang ini terbilang istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas serta hak-hak istimewa (octrooi). Misalnya seperti VOC boleh memiliki tentara, memiliki mata uang, bernegosiasi dengan negara lain hingga menyatakan perang.
Bagi kalangan Indonesia maupun Malaysia, VOC memiliki sebutan populer yaitu Kompeni atau Kumpeni. Istilah ini berasal dari kesalahan orang Indonesia ketika mengucapkan compagnie dalam bahasa Belanda yang merujuk pada makna perusahaan.
Latar Belakang VOC
Datangnya orang Eropa melalui jalur laut pada tahun 1497-1498 dan berhasil berlayar dari Eropa ke India. Hal ini membuat mereka tak perlu bersaing dengan pedagang Timur Tengah untuk memperoleh akses ke Asia Timur.
Pada awalnya, tujuan bangsa Eropa ke Asia untuk perdagangan, begitu pun dengan bangsa Belanda.
Selama abad ke-16, perdagangan rempah-rempah didominasi oleh Portugis dengan menggunakan Lisbon sebagai pelabuhan utama. Namun ternyata perdagangan yang dilakukan Portugis tak efisien dan tidak mampu menyuplai permintaan yang terus meninggi, terutama lada. Suplai yang tidak lancar menyebabkan harga lada meroket pada saat itu.