JAKARTA- Alasan kenapa Lo Kheng Hong suka saham jadul akan diulas disini. Lo Kheng Hong atau yang dikenal dengan sebutan Warren Buffetnya Indonesia merupakan salah satu orang terkaya Indonesia.
Menariknya, Lo Kheng Hong menjadi seorang miliarder bukan karena memiliki bisnis di berbagai sektor, melainkan hanya dari investasi saham.
Lo Kheng Hong atau yang kerap disapa Pak Lo mulai berinvestasi di bursa saham pada usia 30 tahun. Saham pertama yang dirinya beli adalah PT Gajah Surya Multi Finance Tbk.
Namun karena pada saat itu harga sahamnya menurun, maka Pak Lo merugi karena menjual sahamnya dibawah harga saat dirinya membeli.
Awal kesuksesan Pak Lo di dunia saham bermula pada tahun 2005. Kala itu dirinya membeli saham PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk (MBAI) yang merupakan perusahaan unggas terbesar kedua di Indonesia.
Pak Lo membelinya dengan harga Rp250 dan menjualnya seharga Rp31.500 per saham pada 2011. Itu artinya, Pak Lo untung hingga 126 kali lipat dari harga aslinya.
Seiring berkembangnya waktu Lo Kheng Hong menjadi investor saham tersukses di Indonesia. Pak Lo saat ini tercatat sebagai pemegang saham lebih dari 5% di 4 perusahaan besar meliputi PT Global Mediacom Tbk (BMTR), PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN), PT Intiland Development Tbk (DILD), serta PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL).
Menariknya, setiap saham yang dibeli oleh Pak Lo merupakan saham jadu tahun 90 an. Mengapa demikian?.
Hal ini pernah diungkapkan Pak Lo dalam acara Investalk KSPM FEB UI 2023 pada 15 Mei lalu. Pada saat itu, Pak Lo menjelaskan bahwa alasan dirinya membeli saham jadul adalah jumlahnya yang sedikit.
"Saya sudah 30 tahun lebih tidak membeli saham IPO. Kenapa saya tidak beli saham yang baru-baru, belinya yang lama-lama? Karena yang lama-lama jumlah sahamnya sedikit" ujar Lo Kheng Hong dikutip dari tiktok @anandapratama.
"Yang sekarang go public jumlah sahamnya puluhan miliar lembar. Kalau kita lihat Gajah Tunggal jumlah sahamnya kan cuma 3,5 miliar lembar. Sedikit-sedikit" imbuhnya.
Pak Lo juga menambahkan bahwa perusahaan dengan jumlah saham yang sedikit jauh lebih bernilai dibanding dengan perusahaan dengan saham yang banyak.
"Jumlah sahamnya semakin sedikit, semakin bernilai itu perusahaannya. Kalau jumlah sahamnya banyak kan tidak bernilai" tutur Lo Kheng Hong.
Itulah alasan kenapa Lo Kheng Hong suka membeli saham jadul.
(RIN)
(Rani Hardjanti)