JAKARTA - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan tiga kunci mengatasi kemiskinan ekstrem di Indonesia.
Kunci pengentasan kemiskinan ekstrem tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan dana desa diantaranya targeting, basis data dan implementasi.
"Targeting adalah memastikan target penerima program tersebut hingga ke rumah tangga dan individu miskin ekstrem," Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Kamis (22/6/2023).
Tak hanya itu, Suharso menekankan pentingnya basis data. Menurutnya basis data harus menggunakan data registrasi sosial ekonomi di tingkatan desa.
Terakhir, dia menegaskan pentingnya implementasi melalui standarisasi metode. Suharso mencontohkan pemberdayaan dengan program pelatihan keahlian atau kewirausahaan dengan pendampingan, padat karya dengan memastikan inklusivitas.
Suahrso menyebut Pemerintah harus mengentaskan sebanyak 6,7 juta jiwa hingga tahun 2024 untuk mencapai miskin ekstrem nol apabila menggunakan standar purchasing power parity (PPP) sebesar USD 2,15.
"Apabila Indonesia menggunakan standar puschasing power parity sebesar USD1,90, maka pemerintah harus mengentaskan 2,8 juta jiwa penduduk ekstrem per tahun," jelasnya.
Sementara berdasarkan simulasi yang dilakukan Kementerian PPN/Bappenas, program perberdayaan yang telah dilakukan saat ini hanya mampu menurunkan 0,02% kemiskinan dan 0,01% kemiskinan ekstrem.
"Program pemberdayaan kemiskinan saat ini diprediksi hanya mampu mengeluarkan sekitar 55 ribu orang dari kemiskinan dan 36 ribu orang dari kemiskinan ekstrem," terangnya.
(Feby Novalius)