JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencatat harga Gabah Kering Giling (GKG) dan Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani melonjak naik. Hal ini membuat para petani senang.
Tingginya harga Gabah Kering Panen menjadi sebab tingginya harga beras di pasaran saat ini. Adapun, rata-rata harga beras nasional pada Rabu, 4 Oktober 023 berada di angka Rp14.450 per kilogram (kg).
BACA JUGA:
Mahalnya harga beras, lanjut Jokowi, membuat para pembeli alias konsumen tidak merasa senang. Namun begitu, Presiden memastikan operasi pasar terus dilakukan agar bisa menekan harga beras saat ini.
"Wah, petaninya senang harga gabahnya 73, ada 74, 75, sampai 76, gimana gak seneng, petaninya seneng, ini yang gak senang pembeli berasnya," ujar Jokowi saat meninjau panen raya di Subang, Jawa Barat, dikutip di akun YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (8/10/2023).
BACA JUGA:
"Harus kita kita atasi dengan memasok sebanyak-banyaknya ke pasar agar harga bisa turun," lanjut dia.
Harga beras di pasaran masih tercatat mahal. Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata harga beras nasional pada Rabu hari ini berada di angka Rp14.450 per kilogram.
Angka tersebut lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk zona satu yang ditetapkan pemerintah yakni Rp10.900 per kg untuk beras medium dan Rp13.900 per kg untuk premium. Adapun zona satu meliputi Jawa, Lampung, Sumsel, Bali, NTB, dan Sulawesi.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) sekaligus Plt, Menteri Pertanian (Mentan), Arief Prasetyo Adi mengatakan, tingginya harga Gabah Kering Panen (GKP) menjadi sebab tingginya harga beras di pasar saat ini.
BACA JUGA:
Dia berhitung, operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pasar (SPHP) yang dilakukan Perum Bulog baik di pasar ritel dan tradisional harus dibarengi dengan penekanan harga GKP, sehingga membuat harga pangan dasar di pasar lebih murah atau stabil.
"Jadi mesti simultan seluruhnya. Harga ya itu pastinya, kemudian SPHP di modern market, traditional market juga jalan seharusnya harga itu bisa tertahan, sambil menunggu panen karena bagaimanapun juga perlu sinergi menjadi kunci utama," ucapnya.
Mahalnya harga pangan, terutama beras ikut menyumbang inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi komoditas beras pada September 2023 lebih disebabkan karena penurunan luas tanam padi dan penurunan produksi gabah yang menyebabkan tingginya harga gabah dan beras baik di tingkat petani, penggilingan, maupun pedagang.
Kenaikan tertinggi harga beras terjadi di tingkat penggilingan dengan rata-rata nasional di harga Rp12.708 per kg atau memberikan andil 27,43% (yoy) terhadap inflasi.
Adapun komponen harga pangan bergejolak (volatile food) kerap menjadi faktor penyumbang inflasi terbesar. Pada September tahun ini saja, komoditas beras memiliki andil inflasi 0,18% (month to month) dan 0,55% (year on year).
Untuk itu, penguatan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) terus dilakukan agar dapat leluasa melakukan intervensi harga.
Dikatakan Arief, kondisi produksi dalam negeri yang mengalami penurunan harus diantisipasi dengan penguatan cadangan beras melalui optimalisasi panen dalam negeri, maupun pengadaan beras dari luar negeri.
(Zuhirna Wulan Dilla)