JAKARTA - Petani Indonesia melek digital, ini manfaatnya. Perkembangan teknologi dan digitalisasi juga mendorong pengembangan teknologi aplikasi produk perlindungan tanaman dengan pendekatan penyemprotan presisi melalui pemanfaatan teknologi drone.
Penyemprotan presisi menggunakan drone dilakukan di sebagai sebuah demonstrasi di mana memberikan gambaran pertanian di masa depan.
"Kami akan terus menjadi mitra terpercaya petani dalam usaha budidaya pertanian, mendukung dan melatih petani untuk meningkatkan produktivitas tanaman serta pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan para petani,” ujar Marketing Head Syngenta Indonesia Suhendro dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Jumat (27/10/2023).
Sementara itu, petani dilatih terdiri atas materi agronomi untuk berbagai jenis tanaman pangan yang meliputi padi, cabai, tomat, kentang, bawang merah, bawang daun, serta jagung.
Petani berdiskusi mengenai tantangan budidaya yang mereka hadapi terutama tekanan hama dan penyakit di tiap-tiap fase tumbuh tanaman.
Petani mendapatkan paparan mengenai teknologi yang dapat mengendalikan tekanan hama dan penyakit. Beberapa teknologi yang ditampilkan yaitu teknologi Tinivion (Elestal Neo) untuk mengendalikan kutu kebul sebagai vector penyebab virus kuning pada tanaman cabai dan tomat, teknologi Amistar untuk mengendalikan penyakit tanaman padi dan sayur dengan spektrum luas, teknologi Adepydin untuk mengendalikan alternaria pada tanaman kentang dan embun bulu pada cabai, serta teknologi Virtako untuk mengendalikan penggerek batang pada tanaman padi.
“Tekanan hama dan penyakit merupakan salah satu hal yang dapat menghilangkan potensi hasil panen yang sangat siginifikan hingga 30-90% sehingga harus dikendalikan dengan cepat dan tepat oleh petani. Pemahaman akan agronomi tanaman sangat penting untuk mengidentifikasi kemungkinan timbulnya hama dan penyakit dan pengetahuan akan teknologi pengendalian hama dan penyakit yang tepat dari Syngenta akan membantu petani mendapatkan hasil yang optimal,” ungkap Technical Excellence Head Syngenta Indonesia Dwi Susilowati.
Di sisi lain, petani diperkenalkan dengan literasi digital seperti media sosial yang dimiliki yang menjadi pusat forum diskusi petani dari berbagai area di Indonesia
Salah satu inovasi digital yang juga diintroduksi adalah aplikasi CropWise yang mencakup prediksi cuaca, kalendar semprot, lokasi kios pertanian terdekat, diagnosa hama dan penyakit, serta rekomendasi teknologi pengendalian hama dan penyakit.
Para petani di Indonesia bisa mengembangkan pemahaman akan agronomi tanaman, penyakit dan hama tanaman, serta akses akan teknologi melalui Pusat Pengembangan dan Pembelajaran (Learning Development Center – LDC)
Kegiatan pelatihan agronomi, teknologi, dan literasi digital pertanian kepada 4.500 petani Indonesia serentak di 15 titik Pusat Pengembangan dan Pembelajaran di seluruh Indonesia.
Lokasi-lokasi tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia diantaranya Deli Serdang dan Karo - Sumatra Utara, Bukittinggi dan Alahan Panjang - Sumatra Barat, Trimurjo dan Sekampung Udik - Lampung, Karawang dan Lembang - Jawa Barat, Sukoharjo, Grobogan dan Magelang - Jawa Tengah, Jember, Mojokoerto dan Malang - Jawa Timur, Serta Sidrap - Sulawesi Selatan.
(Taufik Fajar)