Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

1 Miliar Hijab Laku Keras di Indonesia tapi Produk Lokalnya Hanya 25%

Ikhsan Permana , Jurnalis-Jum'at, 17 November 2023 |17:40 WIB
1 Miliar Hijab Laku Keras di Indonesia tapi Produk Lokalnya Hanya 25%
Produk hijab di RI tembus 1 miliar penjualan. (Foto: Freepik)
A
A
A

JAKARTA - Penjualan produk pakaian muslimah berupa hijab di Indonesia mencapai 1,06 miliar pcs pada 2022. Sayangnya penjualan masih di dominasi oleh produk impor.

Asisten Deputi Pembiayaan dan Investasi UKM, Deputi Bidang UKM, Kementerian Koperasi dan UKM, Temmy Satya Permana mengatakan produk hijab lokal yang terjual hanya memiliki porsi 25% dari total penjualan.

 BACA JUGA:

"Dari sejumlah itu, hanya 25% produk dalam negeri. miris kan?" ucap Temmy dalam acara diskusi media di Kantor Kementerian Koperasi dan UKM, Jakarta, Jumat (17/11/2023).

Padahal menurutnya Indonesia bisa membuat produk hijab sendiri, tapi pada kenyataan pasar masih dikuasai produk impor.

"Faktanya banyak produk luar yang masuk ke kita dan itu free flow banget, masuknya (dengan harga) Rp5.000-Rp10.000 hijab, sementara rata-rata harga pokok produksi hijab paling murah Rp15.000," ujarnya.

Hal itulah yang membuat Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki geram, sebab produk yang merupakan basis produksi Indonesia tergerus dengan masuknya produk impor ilegal.

 BACA JUGA:

Padahal dengan jumlah penduduk muslim yang mencapai 87% dari total keseluruhan penduduk, potensi pasar hijab Tanah Air mencapai Rp6 triliun.

"Kebayang kan kalau kita beli dari produk UKM luar negeri sementara kita substitusi dan bisa bikin, ini potensial capital flight yang sangat besar sekitar kurang lebih Rp6 triliun nilai untuk pasar hijab di Indonesia tahun lalu," jelasnya.

"Ini kenapa kami mendorong konsumen kita kalau bisa switch ke produk dalam negeri akan semakin bergerak dari sisi pajak maupun industrinya," pungkas Temmy.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement