JAKARTA - Sejumlah miliarder Indonesia sedang mengantre investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN). Hampir 260.000 hektare lahan di Provinsi Kalimantan Timur itu telah disisihkan untuk sebuah pembangunan kota.
Luas lahan ini ternyata hampir empat kali lipat dari luas Ibu Kota Jakarta yang padat dan perlahan-lahan akan tenggelam.
Adapun mega proyek tersebut mencapai senilai USD32 miliar atau setara dengan Rp496 triliun (kurs Rp15,502) yang diperjuangkan Presiden Joko Widodo sejak 2019 ini akan direncanakan dalam lima tahap pembangunan hingga tahun 2045. Pembangunan tahap pertama ini telah dimulai pada tahun 2022 dan diharapkan selesai tahun depan.
Pemerintah telah berkomitmen untuk menyumbang 20% biaya dan sisanya akan diserahkan pada modal swasta, termasuk dari luar negeri. Namun ternyata proyek IKN ini justru lambat dalam menarik investor, baik dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan pada tahun lalu, SoftBank sempat membatalkan rencananya untuk berinvestasi di IKN dengan alasan kekhawatiran terhadap kelangsungan ekonomi.
Dilansir dari Forbes, Sabtu (9/12/2023), menjelang pemilihan presiden pada bulan Februari mendatang, Presiden Jokowi telah meningkatkan upayanya untuk menjual gagasan kota cerdas masa depan yang netral karbon di IKN. Pada bulan Juni, ia telah melobi beberapa investor di Singapura dan menyebut IKN sebagai ‘peluang emas’.
Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan Ciputra, yang dipimpin oleh Candra Ciputra, mengumumkan bahwa mereka akan berinvestasi dalam pengembangan terintegrasi seluas 300 hektar, yang terdiri dari rumah, hotel, fasilitas konferensi, lapangan golf, dan kebun raya. Pembangunan ini juga diperkirakan akan selesai dalam waktu sekitar lima tahun.
Pada September, Presiden Jokowi didampingi oleh beberapa orang terkaya di Indonesia, menghadiri upacara peletakan batu pertama Hotel Nusantara, dimana ia mengumumkan bahwa ada beberapa konsorsium perusahaan yang akan menginvestasikan USD1,3 miliar atau setara dengan Rp20,155 triliun dalam usulan pembangunan serba guna.
Hotel ini merupakan hotel pertama dari lima hotel yang direncanakan untuk proyek tersebut, yang juga akan terdiri dari mal dan perkantoran. Konsorsium tersebut mencakup pihak-pihak yang memiliki kepentingan di bidang hotel, seperti Robert Budi dan Michael Hartono, sebagai pemilik Grup Djarum yang mengoperasikan Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, keluarga Widjaja, pemilik Grand Hyatt Jakarta, dan Eddy Katuari yang membangun Apurva Kempinski Bali. Pemerintah mengklaim bahwa hampir ada 300 perusahaan di seluruh dunia yang tertarik untuk berinvestasi di IKN namun kesepakatannya masih belum tercapai.
(Feby Novalius)