Ekonomi nasional secara kumulatif mampu tumbuh 5,05% hingga triwulan ketiga tahun 2023. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 4,9% (year-to-date/ytd) dan investasi 4,2% (ytd). Sedangkan ekspor tumbuh tipis 1,1% (ytd) dan impor melemah minus 2,0% (ytd) imbas pelemahan ekonomi global.
Inflasi Indonesia juga terkendali di level 2,61% (year-on-year/yoy) per Desember 2023, lebih rendah dibandingkan proyeksi 2023 yang sebesar 3,6%. Inflasi pangan bergejolak (volatile food) yang menjadi kontributor utama inflasi seperti beras, cabai, dan bawang putih juga mulai menunjukkan tren menurun pada Desember 2023.
Meski ekspor dan impor cenderung berada di zona negatif sejak awal 2023 akibat melemahnya perekonomian global, khususnya negara-negara mitra dagang utama Indonesia, namun neraca perdagangan Indonesia masih menunjukkan kinerja positif dan mencatatkan surplus 43 bulan berturut-turut. Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari hingga November 2023 mencapai 33,63 miliar dolar Amerika Serikat.
Aktivitas produksi yang masih cukup kuat tercermin dari PMI Manufaktur Indonesia yang terus ekspansif mencapai 52,2. Konsumsi listrik tumbuh tinggi 14 persen untuk bisnis dan 6,7 persen untuk industri. Dari sisi konsumsi, Indeks Keyakinan Konsumen masih terjaga cukup tinggi mencapai 123,6. Sementara, Indeks Penjualan Riil tumbuh positif mencapai 2,9 persen.
“Itu kondisi lingkungan ekonomi yang kita hadapi dan sekaligus kita kelola dan hasilnya relatif jauh lebih baik dari yang kita perkirakan. Artinya, APBN mampu bertahan dalam tekanan dan APBN mampu membantu ekonomi untuk menjadi lebih baik,” pungkasnya.
(Taufik Fajar)