JAKARTA - Ternyata segini biaya potongan aplikasi yang dikeluhkan ojol. Para driver ojek online (ojol) kemarin melakukan aksi menuntut besarnya potongan tarif yang dikenakan oleh aplikasi, yang diklaim mencapai 20 hingga 30%.
Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia, Igun Wicaksono, menyatakan bahwa hal ini menjadi salah satu tuntutan utama yang akan disuarakan oleh para pengemudi ojol dalam aksi unjuk rasa.
"Skema tarif sebaiknya tidak dinaikkan, namun potongan aplikasi yang harus diturunkan karena saat ini potongan tersebut mencapai 20% bahkan lebih hingga 30%," ucap Igun.
Selain itu, para pengemudi juga menginginkan agar pemerintah mengesahkan pekerjaan ojek online secara legal. Mereka berharap tuntutan terkait legalitas ini bisa dipertimbangkan dalam undang-undang.
Igun menambahkan bahwa ketiadaan dasar hukum selama ini telah melemahkan posisi tawar para pengemudi ojol terhadap perusahaan aplikasi. Kelemahan tersebut semakin terlihat dengan sikap pemerintah yang hingga kini belum dapat memenuhi rasa keadilan dan kesejahteraan bagi para mitra perusahaan aplikasi.
"Hingga saat ini, status hukum ojek online ini kami anggap masih ilegal tanpa adanya landasan hukum yang jelas berupa undang-undang," katanya.
"Dengan tidak adanya landasan hukum bagi para pengemudi ojol, perusahaan aplikasi dapat bertindak semena-mena tanpa ada solusi dari platform dan tidak dapat dikenakan sanksi tegas oleh pemerintah," lanjut Igun.
Chief of Public Affairs Grab Indonesia, Tirza Munusamy, menyatakan bahwa besaran tarif layanan pengantaran Grab telah dihitung dengan cermat sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Permenkominfo No. 1/Per/M.Kominfo/01/2012 tentang Formula Tarif Layanan Pos Komersial. Tarif ini dirancang untuk menjaga pendapatan mitra pengemudi serta kestabilan permintaan pasar terhadap layanan Grab.
"Kami menjamin bahwa Grab Indonesia tidak pernah memotong pendapatan mitra pengemudi untuk dialokasikan sebagai diskon bagi konsumen," kata Tirza dalam pernyataan resminya.
Di sisi lain, Head of Corporate Affairs Gojek Indonesia, Rosel Lavina, menyayangkan keputusan para pengemudi ojol untuk mematikan aplikasi saat menyampaikan aspirasi.
"Kami selalu terbuka terhadap aspirasi rekan-rekan mitra driver aktif Gojek dan senantiasa mengimbau agar disampaikan secara kondusif dan tertib. Namun, kami juga menyayangkan adanya upaya yang memberikan kesan seolah beberapa layanan kami tidak beroperasi akibat rencana aksi demonstrasi," tuturnya.
(Feby Novalius)