Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

RI Deflasi 4 Bulan Berturut, Terparah sejak Krisis 1997

Muhammad Akbar Malik , Jurnalis-Senin, 02 September 2024 |17:21 WIB
RI Deflasi 4 Bulan Berturut, Terparah sejak Krisis 1997
RI deflasi 4 bulan berturut (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi deflasi selama empat bulan berturut. Deflasi terjadi sejak Mei hingga Agustus 2024.

Kondisi deflasi beruntun pernah terjadi pasca krisis finansial Asia tahun 1997. Indonesia deflasi selama tujuh bulan berturut-turut yakni bulan Maret 1999 sampai dengan September 1999. Saat itu, deflasi lebih diakibatkan depresiasi nilai tukar serta penurunan harga beberapa jenis barang.

Pada Agustus 2024, terjadi deflasi sebesar 0,03%. Terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,09 pada Juli 2024 menjadi 106,06 pada Agustus 2024. Sementara itu secara year on year terjadi inflasi sebesar 2,12% dan secara tahun kalender terjadi inflasi 0,87%.

"Deflasi Agustus 2024 lebih rendah dibandingkan Juli 2024, dan merupakan deflasi keempat pada 2024," jelas Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers hari ini, Senin (2/9/2024).

Pudji menegaskan, deflasi yang terjadi selama empat bulan berturut-turut di sepanjang 2024 utamanya disebabkan oleh pasokan yang berlimpah.

Diketahui, BPS mencatat tingkat deflasi secara bulanan (month-to-month/mtm) Agustus 2024 sebesar 0,03 persen. Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 2,12 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,06.

Terkait dengan adanya pelemahan daya beli masyarakat, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan perlunya kajian lebih lanjut.

"Saya tegaskan kembali bahwa fenomena deflasi empat bulan ini lebih ditunjukkan dari sisi supply, artinya masih terjadi di sisi penawaran. Jika hal ini kemudian (dipengaruhi) pada pendapatan masyarakat, maka kita perlu kaji lebih lanjut untuk bisa membuktikan asumsi tersebut," kata Pudji dilansir dari Antara.

Pudji menjelaskan, tren deflasi yang terjadi juga didukung oleh penurunan harga pangan seperti produk hortikultura dan peternakan. Penurunan ini disebabkan karena biaya produksi yang kian menurun, sehingga turut berdampak terhadap menurunnya harga akhir di tingkat konsumen.

Faktor lain yang juga menjadi penyebab deflasi adalah musim panen raya.

"Ini juga karena seiring dengan adanya panen raya ya, sehingga pasokannya berlimpah dan akibatnya harganya juga ikut turun," jelasnya.

Berikut adalah data deflasi sejak Mei 2024:

- Deflasi 0,03% pada Mei 2024

- Deflasi sebesar 0,08% pada Juni 2024

- Deflasi sebesar 0,18% pada Juli 2024

- Deflasi sebesar 0,03% pada Agustus 2024

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement