JAKARTA - Menurunnya masyarakat kelas menengah menjadi kelas bawah menjadi sorotan. Penyebabnya beragam seperti lemahnya industri manufaktur yang menjadi faktor utama.
Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, anjloknya kinerja industri manufaktur di dalam negeri membuat banyak perusahaan di bidang ini melakukan efisiensi dengan pemutusan hubungan kerja (PHK).
“Deindustrialisasi prematur atau menurunnya porsi industri terhadap PDB juga berimbas ke PHK massal,” ujar Bhima.
Faktor lainnya adalah tingginya suku bunga perbankan yang mempengaruhi cicilan rumah, kendaraan bermotor dan kredit konsumsi lainnya. Saat ini, Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan BI Rate sebesar 6,25%.
Selain itu, belanja infrastruktur dan investasi kurang berkualitas sehingga serapan kerjanya kecil dibanding nominal uang yang dikeluarkan.
Menurutnya, sejauh ini antara beban kenaikan biaya pangan, perumahan, pendidikan, suku bunga dan kesempatan kerja belum sebanding dengan insentif yang diberikan pemerintah ke kelas menengah.
“Bansos (bantuan sosial) yang naik tinggi saat pemilu kemarin juga hanya menyasar kelompok di bawah garis kemiskinan. Sementara insentif pajak yang diberikan saat pandemi kan sudah dicabut seperti PPH 21 karyawan DTP,” ujarnya.
“Kelas menengah bahkan harus menanggung kenaikan tarif PPN 11 persen yang membuat harga barang ritel naik,” lanjutnya.
Baca Selengkapnya: 5 Penyebab Kelas Menengah RI Jatuh Miskin
(Feby Novalius)