Jakarta - Indonesia memerlukan lebih banyak entrepreneur guna mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat. Sebagai upaya tersebut Sindonews, iNews Media Group, kembali menggelar acara bergengsi Sindo Goes to Campus (SGTC).
Gelaran yang diselenggarakan bersama Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta (UPNVJ), tersebut diharapkan dapat menginspirasi, memberdayakan, hingga mencetak bibit entrepreneur muda yang mandiri dan memiliki daya saing global.
Pung Purwanto Pemimpin Redaksi Sindonews.com dalam sambutan pembukaan SGTC, Selasa (17/9/2024) di Auditorium Bhinneka Tunggal Ika UPN Veteran Jakarta, mengatakan, SGTC sangat baik untuk memacu para mahasiswa menjadi entrepreneur muda dengan segala kemudahan.
Pung menambahkan, selama acara ini berlangsung mahasiswa akan di-coaching langsung oleh para narasumber inspiratif. Sehingga mahasiswa yang hadir diharapkan menjadi entrepreneur muda di tengah masyarakat.
“Para wirausahawan muda ini nantinya akan menjadi salah satu kekuatan pendorong utama dalam perkembangan ekonomi Indonesia. menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia. “SGTC sudah puluhan kali diadakan, dan ini sangat meriah ya. Kali ini kita bekerjasama dengan Kementerian Investasi/BKPM dan UPN Veteran,” katanya.
Vibes auditorium kampus Bela Negara ini sudah terasa sejak pukul 08.00 WIB. Ratusan mahasiswa antri melakukan scan barcode sebelum memasuki ruang acara. Selama SGTC berlangsung, mahasiswa yang juga calon wirausahawan muda, mendapatkan insight langsung dari pemaparan dari para ahli tentang cara memulai dan mengembangkan bisnis yang sukses.
SGTC yang dimulai sejak 2008 dihadiri langsung Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UPN Veteran Jakarta Jubaedah, Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Riyatno, Dosen BINUS Business School Wahyu T. Setyobudi, Dosen FEB UPN Veteran dan Entrepreneur Ranila Suciati, dan Founder Dapur Bu Sastro Izma Yuliansyah.
Gelaran ini dirangkai dengan talkshow inspiratif bertema Bekal Buat Si Paling Entrepreneur, Inovasi Kemudahan Perizinan. Para narasumber membahas strategi penting dalam kewirausahaan untuk para lulusan muda, termasuk peran platform digital dalam pemasaran, dampak Online Single Submission (OSS) dalam mempermudah proses pendaftaran usaha, serta bagaimana produk yang berizin dapat meningkatkan nilai jual di pasar.
Riyatno menyampaikan, Kementerian Investasi/BKPM sebagai penghubung utama antara dunia usaha dan pemerintah, berkomitmen untuk mendukung semangat kewirausahaan di Indonesia. Kementerian Investasi/BKPM juga berkomitmen untuk memastikan kemudahan perizinan para entrepreneur. Kemudahan perizinan menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung semangat kewirausahaan di Indonesia.
“Mengenai kemudahan perizinan berusaha melalui OSS para entrepreneur muda hanya memerlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk mendapatkan izin usaha yang diperlukan. Sistem OSS bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan keterbukaan. Melalui layanan OSS pelaku usaha juga akan merasakan kemudahan mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB),” tuturnya.
Caption: Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Riyatno (kiri), Pung Purwanto Pemimpin Redaksi SindoNews.com (tengah), Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UPN Veteran Jakarta Jubaedah (kanan). (dok.foto iNews Media Group/Aldhi Chandra Setiawan).
Izin Usaha Semakin Mudah
Ia menambahkan, dengan mengurus NIB, usaha akan menjadi terjamin legalitasnya. Selain itu, NIB juga menambah peluang usaha, seperti fasilitas pembiayaan dari perbankan dan peluang mendapatkan pelatihan. Perlu dicatat, semua pengurusan perizinan usaha tidak dipungut biaya apapun alias gratis.
"Jadi tidak ada alasan lagi untuk adik-adik mahasiswa yang akan memulai usaha, terkendala dengan perizinan. Cukup lewat OSS berbasis risiko maka akan mendapatkan izin. OSS dimaksudkan untuk memangkas waktu dan birokrasi dalam proses perizinan usaha. Tidak ada lagi istilah rumit dalam mendapatkan izin usaha,” tuturnya.
Tingkat risiko kegiatan usaha dalam sistem perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik, dibagi menjadi empat kategori, yaitu Rendah (R), Menengah Rendah (MR), Menengah Tinggi (MT), Tinggi (T). Tingkat risiko ini didasarkan pada potensi terjadinya bahaya terhadap kesehatan, keselamatan, lingkungan, dan pemanfaatan sumber daya alam.
Perizinan berusaha untuk kegiatan usaha dengan tingkat risiko rendah dan menengah rendah, dapat diselesaikan melalui sistem OSS. Tanpa perlu verifikasi atau persetujuan dari Kementerian, Lembaga, atau Pemerintah Daerah. Sedangkan untuk kegiatan usaha dengan tingkat risiko menengah tinggi dan tinggi, diperlukan verifikasi atau persetujuan dari Kementerian, Lembaga, atau Pemerintah Daerah.
Melalui SGTC, FEB UPNVJ mendukung mahasiswa untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan. Dekan FEB UPNVJ Jubaedah menjelaskan, kegiatan ini sangat bermanfaat, dan mahasiswa bisa langsung sharing knowledge dengan para narasumber yang sudah expertised di bidangnya.
"Melalui kegiatan SGTC, tentu ini sangat banyak sekali manfaatnya bagi mahasiswa yang merupakan entrepreneur muda. Dapat membuka wawasan serta pengalaman bagi mahasiswa yang sudah menjadi entrepreneur maupun yang tengah berminat di dunia usaha," ujar Jubaedah.
Caption: Gelaran SGTC dirangkai dengan talkshow inspiratif bertema Bekal Buat Si Paling Entrepreneur, Inovasi Kemudahan Perizinan. (dok.foto iNews Media Group/Aldhi Chandra Setiawan).
Perihal perizinan dan legalitas usaha kadang jadi salah satu hal yang menghambat. Namun, kini dengan informasi perihal kemudahan perizinan yang langsung disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Riyatno, mahasiswa kini tidak lagi ragu-ragu dalam mengembangkan ide bisnis hingga mengurus perizinan usaha.
Melalui diskusi ini para mahasiswa yang berniat terjun di dunia enterpreneur diharapkan dapat memahami pentingnya legalitas usaha, memperoleh tips praktis dalam mengatasi tantangan terkait perizinan, menumbuhkan pola pikir kewirausahaan dan pengetahuan tentang cara membangun bisnis yang dapat berkembang secara signifikan.
(Fitria Dwi Astuti )