JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendesak produk minyak siap jual atau lifting minyak harus bisa naik. Jokowi minta lifting dinaikan dengan cara apapun.
"Saya titip yang berkaitan lifting minyak, harus naik dengan cara apapun harus naik," jelasnya.
Okezone pun merangkum fakta-fakta menarik terkait lifting minyak Indonesia yang terus menurun, Sabtu (12/10/2024):
1. Dampak Lifting Turun
Kepala Negara itupun meminta agar sumur-sumur minyak yang dimiliki Indonesia harus bisa diaktifkan kembali. Sebab diakuinya, apabila produksi minyak menurun maka uang yang dikeluarkan pemerintah Indonesia juga besar sekali.
"Saya baru tadi siang menerima Menteri Keuangan (Menkeu), Pak ini lifting minyak tidak boleh dibiarkan turun terus kalau walau angkanya kecil-kecil tapi kalau dihitung-hittung wah besar sekali untuk impor minyak, impor gas, ratusan yang kita keluarkan dan juga menyebabkan devisa berkurang," lanjutnya.
2. Perintah Jokowi Lifting Harus Naik
Jokowi meminta, cara apapun harus dilakukan baik untuk menggenjot lifting minyak tersebut.
"Entah tu dikerjakan sendiri, BUMN, swasta, Pertamina atau perusahan asing semua harus dilakukan. Jangan sampai lifting minyak kita, kita biarkan turun seliterpun, setiap thn harus naik," pungkasnya.
3. Sikap ESDM
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menargetkan ke depan Indonesia mampu menambah volume minyak mentah siap jual atau lifting minyak sekitar 200 ribu barel per hari atau barel oil per day (BOPD).
Bahlil menekankan hal itu bisa terwujud dengan tiga catatan, pertama optimalisasi sumur idle. Adapun ia bilang, sumur minyak yang dimiliki Indonesia saat ini sekitar 45.000. Namun yang produktif hanya sekitar 16.500 sementara sisanya sudah produkti atau idle.
4. Pakai Teknologi
Kedua, intervensi teknologi. Bahlil pun menceritakan, pengalamannya yang baru pulang dari Blok Cepu di mana pertama kali Exxon Mobi hanya memukan 100 ribu BOPD. Namun dengan melakukan intervensi, perusahaan tersebut mmpu menaikkan kapasitasnya menjadi 150 BOPD.
Artinya, lanjut Bahlil, secara pengalaman sumur-sumur yang ada bisa itu bisa diintervensi dengan teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
"Dan kemarin saya sudah bicara sama Pertamina samaSKK Migas ternyata dalam pengalamannya kalau diintervensi dengan teknologi bisa meningkatkan 20 persen dari total lifting kita sekarang," jeas Bahlil.
"Artinya kalau 600 ribu kali 20 persen itukan bisa dapat 120 ribu barel dan ini sudah kita lakukan, sudah kerjasama dengan beberapa perusahaan baik dari Amerika baik dari China dimana salah satu intervensi teknologinya adalah Enchance Oil Recovery/EOR," lanjutnya.
Kemudian catatan ketiga yaitu ekplorasi. Diakui Bahlil, hingga perizinan eksplorasi di hulu migas masih sulit.
Sebab proses peerizinan untuk eksplorasi migas di Indonesia selama ini setidaknya masih membutuhkan 300 izin dan sekarang sudah dipangkas menjadi kurang lebih 150 sampai 200 izin.
"Maka ke depan selain kita optimalkan sumur-sumur tua, (sumur) yang idle kita harus bangkitkan dia dan intervensi teknologi. Kepada sumur-sumur yang berjalan kita harus lakukan penetrasi thdp eksplorasi baru nah dimana sumur-sumur baru itu lebih banyak di wilayah Timur untuk minyak itu di wilayah Sulawesi, Maluku, ini kita akan kasih betul-betul pelayanan prima karena hanya denganini kita bisa mendapatkan penambahan lifting," pungkas Bahlil.
(Feby Novalius)