“Alhamdulillah, hari ini kita buktikan bahwa Indonesia bisa kuat stok berasnya. Ini bukan hanya soal angka, tapi soal kedaulatan dan martabat bangsa,” ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan ini adalah buah kerja keras seluruh jajaran, mulai dari petani, penyuluh, pemerintah daerah, hingga dukungan penuh dari Presiden RI Prabowo Subianto.
“Kami bergerak cepat dengan strategi pompanisasi, mekanisasi, dan penyediaan benih unggul. Hasilnya nyata, yaitu kita tidak lagi impor beras konsumsi dan stok kita tertinggi dalam sejarah,” tuturnya.
Sebagai catatan, Indonesia sebelumnya merupakan pengimpor beras terbesar kelima dunia pada 2023, dengan total impor 3,06 juta ton. Mayoritas diimpor dari Thailand (1,38 juta ton atau 45,12 persen) dan Vietnam (1,15 juta ton atau 37,47 persen).
Anjloknya harga beras dunia menjadi peringatan keras bagi eksportir seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja untuk segera beradaptasi dengan dinamika pasar. Di sisi lain, ini adalah momen emas bagi Indonesia untuk memperkuat posisi sebagai negara mandiri pangan dan bahkan bersiap menjadi eksportir di masa depan.
Namun, pemerintah tetap harus mewaspadai tantangan jangka panjang seperti perubahan iklim, penurunan luas lahan pertanian, dan fluktuasi pasar global. Penguatan teknologi pertanian, pengelolaan air, dan infrastruktur distribusi menjadi kunci mempertahankan pencapaian ini.
“Ke depan, kami akan perkuat lagi petani kita agar bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bukan tidak mungkin, Indonesia jadi pengekspor beras,” ujar Mentan Amran.
(Agustina Wulandari )