Kisah Intresse bermula sebagai pabrik tekstil keluarga di Majalaya, Jawa Barat. Berdiri sejak 1980 sebagai PT Nagamas Kurnia Sejahtera, pabrik ini bukan pabrik textile biasa, melainkan spesialis tenun dan pemrosesan kain untuk berbagai brand besar lokal lainnya.
Selama bertahun-tahun, keluarga Kurniawan menjalankan peran sebagai pemasok di balik layar industri fashion Tanah Air dengan menjual bahan kain premium ke label lain.
Namun semua mulai berubah ketika sang pendiri, Fanny Kurniawan, mendapat ‘hibah’ tak terduga yakni setumpuk stok baju pria dari adiknya yang sempat memulai produksi kecil-kecilan. Alih-alih membiarkan barang-barang itu menumpuk, Fanny melihat peluang bisnis pada 2001.
Ia mulai memasarkan koleksi tersebut ke pameran, toko daerah, hingga department store Yogya dan Pasaraya Blok M. Bermula dari celana panjang, kaos, hingga kemeja pria kasual, Intresse mulai tumbuh sebagai brand sendiri.
Strategi awal Intresse dalam mengembangkan brand masih fokus pada penguatan brand di pasar offline dengan koleksi yang juga terbatas.
Namun, transformasi signifikan terjadi pada 2012 ketika Intresse untuk pertama kalinya tampil di runway melalui ajang Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) Jawa Barat dan mulai serius menggarap lini fashion yang mengedepankan identitas budaya lokal.
Sejak saat itu, Intresse tak hanya memproduksi untuk kebutuhan musiman, tapi secara konsisten merancang koleksi busana modest wear sepanjang tahun.
Dengan dukungan kekuatan produksi in-house, riset dan pengembangan material sendiri, serta kontrol penuh atas kualitas tekstil, Intresse pelan-pelan membangun fondasi yang kokoh untuk mewujudkan visi mereka menjadi brand lokal modest wear ternama di Indonesia.
Setelah menyelesaikan studinya di RMIT University Australia dan menimba pengalaman di industri ritel global, Susanne Melvina pulang ke Indonesia pada awal 2022 dengan semangat dan visi besar sebagai perempuan muda dengan visi besar sebagai penerus usaha keluarga.
Ia melihat peluang untuk membawa Intresse ke level berikutnya melalui kekuatan teknologi dan digitalisasi, sesuatu yang ia nilai krusial agar brand lokal bisa bersaing di era modern.