Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ternyata Segini Gaji Aditya Hanafi, Pegawai ASN BPS yang Tega Membunuh Temannya Demi Biaya Nikah

Rahma Anhar , Jurnalis-Kamis, 14 Agustus 2025 |23:16 WIB
Ternyata Segini Gaji Aditya Hanafi, Pegawai ASN BPS yang Tega Membunuh Temannya Demi Biaya Nikah
Gaji PNS (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Ternyata segini gaji Aditya Hanafi, pegawai ASN BPS yang tega membunuh temannya demi biaya nikah. Kasus tragis Aparatur Sipil Negara (ASN) Aditya Hanafi di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, masih menjadi perhatian publik.

Laki-laki muda yang seharusnya menjadi teladan ini justru terlibat dalam kasus pembunuhan terhadap temannya sendiri, RA, dengan alasan yang mengherankan banyak orang: mencari biaya pernikahan.

Kejadian ini berlangsung pada awal Agustus 2025. Awalnya Aditya menghubungi korban dengan alasan ingin meminjam uang, tetapi tujuan sebenarnya jauh lebih mengerikan.

Saat mereka bertemu, ia langsung membunuh RA dan mengambil barang berharga korban untuk dijual.

Aditya akhirnya ditangkap oleh polisi tidak lama setelah kejadian, dan sekarang ia akan menghadapi proses hukum yang berat. Inilah informasi yang telah dirangkum oleh Okezone, Kamis (14/8/2025).

Status Pekerjaan dan Gaji

Aditya adalah ASN di BPS Sijunjung. Meskipun media belum mengungkapkan detail gajinya, kita dapat memperkirakan berdasarkan peraturan resmi pemerintah.

 

Seorang ASN dengan gelar S1 biasanya masuk ke Golongan III/a, menurut PP No. 15 Tahun 2019 tentang gaji PNS. Mereka menerima gaji pokok antara Rp2,57 juta dan Rp4,23 juta per bulan, tergantung pada lamanya pekerjaan mereka.

Selain gaji pokok, ASN BPS menerima tunjangan kinerja, yang dikenal sebagai tunjangan, yang bervariasi tergantung pada daerah dan jabatan. Penghasilan ASN golongan III dapat berkisar antara 4 dan 6 juta rupiah per bulan di daerah seperti Sijunjung.

Dibalik Seragam ASN

Banyak orang menyayangkan apa yang dilakukan Aditya. Melayani masyarakat dengan biaya publik adalah tugas ASN. Dengan penghasilan tetap dan jaminan pekerjaan, dia seharusnya dapat merencanakan keuangan dan masa depannya dengan aman.

Kasus ini, bagaimanapun, menunjukkan bahwa gaji tetap pun tidak menjamin perilaku yang baik jika seseorang memiliki gangguan mental dan integritas. Apalagi, alasan di balik biaya pernikahan, yang seharusnya membawa kebahagiaan, malah mengakibatkan tragedi bagi dua keluarga sekaligus: keluarga pelaku dan keluarga korban.

Sesuai dengan pasal pembunuhan berencana dalam Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Aditya kini terancam hukuman berat, bahkan bisa menghadapi hukuman mati atau hukuman seumur hidup.

Kasus ini menjadi pengingat bahwa mengelola uang, terutama untuk acara penting seperti pernikahan, harus dilakukan secara matang dan sesuai kemampuan.

Jika tidak direncanakan dengan baik, memaksakan diri karena gengsi atau memenuhi ekspektasi sosial dapat menyebabkan masalah besar.

Publik mengharapkan kasus Aditya Hanafi menjadi pelajaran hidup bagi semua orang, terutama ASN dan calon pengantin, bahwa kehormatan dan masa depan lebih penting daripada biaya resepsi.

(Taufik Fajar)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement