JAKARTA – DPR RI menyoroti fenomena konversi lahan yang terjadi setiap tahun dan dinilai menjadi faktor krusial yang memengaruhi produksi beras nasional.
“Jadi apapun kerja keras Menteri Pertanian Amran Sulaiman meningkatkan produktivitas, cetak sawah di Papua, kalau konversi lahan di Jawa itu tidak terkendalikan, atau tidak disetop susah,” ujar Anggota Komisi IV DPR RI Rokhmin Dahuri dalam keterangan tertulisnya, Kamis (4/9/2025).
Namun, Mentan memilih meluruskan angka konversi yang dipaparkan.
Dia menolak klaim konversi 100 ribu hektare per tahun dan merujuk data BPS yang jauh lebih kecil.
"Ini kami luruskan sedikit yang masalah konversi lahan 100 ribu hektare per tahun. Kami tidak tahu asal-usulnya, awal mulanya dari mana. BPS mengatakan 5 tahun terakhir itu 79 ribu lebih (konversi lahan), dan ini 5 tahun. 79 ribu dibagi 5. Sekitar 15 ribu hektare per tahun. Tetapi dari dulu dikatakan estimasi 100 ribu hektare per tahun," ujar Amran.
Akan tetapi perbedaan angka tidak mengubah kenyataan di lapangan lahan sawah terus menyusut dengan kecepatan mengkhawatirkan.
Direktur Perlindungan dan Optimasi Lahan Kementerian Pertanian, Brigjen Pol Andi Herindra, justru mempertegas ancaman tersebut.
Dia mengungkapkan bahwa di Jawa Tengah, luas Lahan Baku Sawah (LBS) anjlok drastis dari 1.049.661 hektar pada 2019 menjadi 987.468 hektar pada 2024. Artinya, dalam lima tahun saja lebih dari 62 ribu hektar sawah hilang terkonversi.
“Ini situasi yang sangat mengkhawatirkan. Jika dibiarkan, alih fungsi lahan ini akan mengancam ketahanan pangan nasional dan berdampak pada tidak terpenuhinya target swasembada yang kita bangun bersama,” tegas Andi Herindra.
Data BPS juga menunjukkan gejala nyata dampak alih fungsi lahan. Luas areal panen terus tergerus dari 10,66 juta hektar pada 2020 turun menjadi 10,41 juta hektar pada 2021.
Meski sempat naik tipis pada 2022 menjadi 10,45 juta hektar, angka itu kembali merosot pada 2023 (10,21 juta hektar) dan 2024 (10,05 juta hektar).
Produktivitas padi pun mengalami indikasi stagnasi. Setelah 2022 tercatat 5,24 ton per hektar, angka itu hanya naik sedikit menjadi 5,29 ton pada 2023 dan stagnan di level sama pada 2024.
Dengan produktivitas yang jalan di tempat, penyusutan lahan sawah justru semakin mempersempit ruang bagi produksi pangan nasional.
(Taufik Fajar)