JAKARTA – PT Pertamina (Persero) membukukan pendapatan sebesar Rp672 triliun hingga Juli 2025. Sementara dari sisi produksi, capaian migas pada periode yang sama tercatat menembus 1 juta barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/BOEPD).
Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, menjelaskan bahwa capaian ini merupakan hasil penerapan dua strategi pertumbuhan utama, yakni maksimalisasi bisnis eksisting dan pengembangan bisnis rendah emisi.
“Hasilnya, hingga Juli 2025, Pertamina telah mencatat pendapatan sebesar Rp672 triliun, dengan total produksi migas mencapai lebih dari 1 juta BOEPD,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025).
Simon mengakui masih terdapat sejumlah tantangan hingga Juli 2025, terutama terkait penurunan harga minyak mentah, harga solar, serta pelemahan kurs dolar jika dibandingkan kondisi pada Juli 2024.
Dalam paparannya, Pertamina menyampaikan bahwa harga minyak mentah Indonesia (ICP) turun 14% menjadi USD 69,74 per barel, dibanding periode Juli 2024 yang mencapai USD 81,38 per barel. Harga MOPS Solar juga turun 14% menjadi USD 85,77 per barel, sementara kurs rupiah melemah dari Rp16.294/USD menjadi Rp16.459/USD.
Kondisi tersebut berdampak pada pendapatan usaha yang tercatat sebesar USD 40,9 miliar atau setara Rp672 triliun, turun 6% dibandingkan Juli 2024 sebesar USD 43,52 miliar atau Rp716 triliun (dengan asumsi kurs: Rp16.460).
Namun demikian, dari sisi laba bersih atau Net Profit After Tax (NPAT), Pertamina tetap mampu mencatatkan kinerja positif sebesar USD 1,59 miliar, dengan EBITDA yang relatif stabil di kisaran USD 6,27 miliar, naik sedikit dari USD 6,10 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
(Feby Novalius)