JAKARTA – Impor Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak hanya dilakukan oleh PT Pertamina (Persero), tapi penyedia bahan bakar swasta seperti Shell hingga Vivo juga mengimpor BBM ke Indonesia.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas), Sabtu (11/10/2025), berikut beberapa badan usaha yang mengimpor BBM di Indonesia:
PT Aneka Petroindo Raya (operator SPBU BP-AKR) merealisasikan impor bensin RON 92 sebesar 96.386 KL atau 99,26 persen dari kuota, serta bensin RON 95 sebesar 11.718 KL atau 98,78 persen.
PT Vivo Energy Indonesia mencapai realisasi impor hampir penuh: bensin RON 90 sebesar 18.632 KL (99,95 persen), RON 92 sebesar 60.540 KL (99,48 persen), dan RON 95 sebesar 7.240 KL (99,15 persen).
PT ExxonMobil Lubricants Indonesia mengimpor 63.245 KL bensin RON 92 dengan capaian 76,11 persen dari kuota. Namun, kebutuhan tahunannya diproyeksikan mencapai 102.973 KL.
PT AKR Corporindo mencatat realisasi impor 9.285 KL bensin RON 92 atau 98,77 persen dari kuota.
PT Shell Indonesia menjadi badan usaha dengan volume impor terbesar. Realisasi impor bensin RON 92 mencapai 329.490 KL (99,94 persen), RON 95 sebesar 119.194 KL (99,66 persen), dan RON 98 sebesar 38.586 KL (99,77 persen).
Proyeksi Pasokan Tambahan hingga Akhir 2025
Meski realisasi impor hampir penuh, proyeksi kebutuhan bensin hingga Desember 2025 jauh lebih tinggi dibanding kuota yang telah ditetapkan. PT Shell Indonesia, misalnya, diperkirakan masih membutuhkan tambahan pasokan mencapai 241.257 KL untuk RON 92, 121.067 KL untuk RON 95, dan 23.134 KL untuk RON 98.
Sementara PT AKR Corporindo diperkirakan masih membutuhkan tambahan pasokan sebanyak 10.398 KL untuk BBM RON 92. PT ExxonMobil Lubricants membutuhkan tambahan 19.875 KL untuk BBM RON 92.
Selain itu, PT Vivo Energy Indonesia membutuhkan tambahan pasokan untuk BBM RON 90 sebanyak 31.207 KL, RON 92 sebanyak 15.925 KL, dan RON 95 sebanyak 1.306 KL. PT Aneka Petroindo Raya membutuhkan tambahan BBM RON 92 sebanyak 93.747 KL dan BBM RON 95 sebanyak 13.832 KL.
(Feby Novalius)