JAKARTA - Nilai transaksi obligasi korporasi hingga kuartal III-2010 mencapai USD11,56 miliar,meningkat 23,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu USD9,37 miliar. Kenaikan ini seiring derasnya aliran modal asing ke bursa Tanah Air.
“Aliran dana itu mencari instrumen yang memberi keuntungan tinggi,” kata Direktur Utama Indonesian Bond Pricing Agency (IBPA) Ignatius Girendroheru di Jakarta.
Dia mengatakan, semaraknya transaksi obligasi korporasi tak lepas dari menariknya imbal hasil (yield) yang diberikan dibandingkan dengan produk perbankan.
“Selisih (spread) yang diberikan pasar obligasi cukup menarik.Makanya jika harus memilih, mereka (investor) tentu akan menempatkan dananya di keranjang investasi yang memberikan keuntungan lebih besar,”ungkap Ignatius.
Selain itu,lanjut dia, kenaikan peringkat utang Indonesia menuju ke level layak investasi (investment grade) juga mendorong investor untuk membeli obligasi.
”Peningkatan peringkat itu secara otomatis juga membawa pengaruh yang signifikan kepada lonjakan ratarata volume dan frekuensi harian transaksi obligasi korporasi,” kata Ignatius.
Hingga kuartal III-2010, ratarata volume perdagangan harian obligasi korporasi mencapai 40,4 juta, meningkat 162,33 persen dibandingkan periode yang sama 2009 sebanyak 15,4 juta.Sementara dari sisi frekuensi,rata-rata menyentuh posisi 60,8 kali per hari. Nilai itu lebih besar 44,41 persen dari posisi tahun lalu yang 42,1 kali.
Tidak hanya obligasi korporasi, transaksi surat utang pemerintah atau surat berharga negara (SBN) juga naik 16,34 persen (year on year/yoy) menjadi USD71,75 miliar. Sedangkan rata-rata volume dan frekuensi harian masing-masing naik 103, 68 persen dan 55,50 persen.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan, maraknya transaksi obligasi tak lepas dari dua faktor utama yakni kokohnya fundamental ekonomi nasional serta iklim sosial-politik Indonesia yang tergolong stabil.
Menurut Ito, transaksi surat utang pemerintah memang relatif tidak begitu tinggi dibanding obligasi korporasi atau saham.“Meski begitu,investor memang tetap akan masuk ke sini.Selain untuk melakukan diversifikasi, hal itu juga tidak terlepas dari jaminan yang diberikan oleh pemerintah,”katanya.
Emisi obligasi korporasi tahun ini diperkirakan mencapai Rp30– 35 triliun. Sedangkan pada 2011, penerbitan obligasi korporasi diproyeksikan bisa mencapai Rp50 triliun.Sementara hingga September 2010,investor asing terlihat masih menguasai pasar obligasi di Indonesia, dengan nilai kepemilikan mencapai Rp172,22 triliun. Untuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), penetrasi asing juga masih cukup tinggi atau mencapai Rp42,24 triliun. Obligasi korporasi yang akan jatuh tempo pada 2011 mencapai Rp11–12triliun.
Jumlah itu akan terus meningkat dan mencapai puncaknya pada 2012 sebesar Rp20–22 triliun.”Dengan posisi makroekonomi kita yang sehat dan di dukung oleh komitmen pemerintah dalam menciptakan aliran modal yang kuat secara umum permintaan investor asing terhadap aset-aset berharga di Indonesia akan semakin meningkat,”kata analis PT Invovesta Utama Wawan Hendrayana.
(Widi Agustian)