JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan menguat di kisaran Rp9.125-Rp9.175 per USD. Setelah pada sore kemarin, menguat 17 poin diiringi optimistis pelaku pasar terhadap harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang ditunda naik.
Hal tersebut diungkapkan oleh Treasury Analyst Telkom Sigma, Rahadyo Anggoro, saat dihubungi di Jakarta, Selasa (3/4/2012).
"Pelaku pasar uang menilai positif atas hasil penundaan harga BBM sehingga memicu nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS," katanya.
Dia menambahkan, penguatan rupiah juga dipicu dari laporan keuangan emiten yang mayoritas positif sesuai dengan ekspektasi. Selain itu, pemerintah yang akan melelang surat utang negara (SUN) diproyeksikan tercapai sesuai dengan yang ditergetkan sebesar Rp6 triliun. "Sebelumnya, setiap pelelangan SUN rupiah mempunyai kecenderungan menguat," kata dia.
Sedangkan dari sentimen global, Rahadyo mengatakan, disepakatinya dana sebesar 800 miliar euro sebagai dana untuk penyelamatan negara yang terkena krisis finansial, menjadi salah satu faktor pelaku pasar melepas dolar AS.
Dia memaparkan, sebesar 500 miliar euro akan digunakan sebagai dana talangan permanen, 200 miliar euro sebagai pinjaman yang sudah dipastikan, dan sisanya senilai 100 miliar merupakan pinjaman bilateral. "Kondisi itu dinilai positif pelaku pasar keuangan sehingga menguatkan nilai tukar berisiko termasuk rupiah," tandasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)