Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Apresiasi Dolar AS Desak Rupiah ke Rp9.223/USD

Martin Bagya Kertiyasa , Jurnalis-Kamis, 03 Mei 2012 |15:51 WIB
 Apresiasi Dolar AS Desak Rupiah ke Rp9.223/USD
Ilustrasi. (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (AS) terus melajutkan apresiasinya hingga berakibat mata uang Garuda kembali tertekan. Rupiah harus ditutup melemah menembus level Rp9.200 per USD.

Bloomberg mencatat kurs tengah rupiah berada di kisaran Rp9.223 per USD, turun 13 poin, sementara rata-rata perdagangan harian mencatat rupiah berada dalam kisaran USD9.170-USD9.223 per USD.

Samuel Sekuritas dalam risetnya mengatakan, pasar global masih ditutup turun semalam. Sentimen global tidak begitu positif, kemungkinan pasar Asia masih akan mixed. "Untuk rupiah kami perkirakan Bank Indonesia (BI) mulai akan berjaga di pasar," ungkap riset tersebut, Kamis (3/5/2012).

BI juga tampak berjaga agar rupiah tetap tak tembus Rp9.200 per USD. Hal tersebut terbukti lantaran kurs tengah BI mencatat rupiah masih berada di kisaran Rp9.196 per USD. Kisaran itu merosot tipis 3 poin, dengan rata-rata perdagangan harian Rp9.150-Rp9.242 per USD.

Dia menambahkan, investor cenderung menahan diri dan menunggu keputusan pertemuan ECB (bank sentral Uni Eropa) yang kemungkinan masih mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 1 persen.

"Namun, belakangan ini mata uang euro terhadap yen dan USD terus melemah memberikan ekspektasi kemungkinan ECB akan melakukan stimulus berikutnya untuk mendorong UE tidak terlalu dalam mengalami kontraksi (resesi)," kata dia.

Menurutnya, Jerman sebagai motor ekonomi Eropa telah menunjukkan tanda-tanda pelemahan ekonomi yang semakin kuat. Jumlah pengangguran naik 19.000 di atas perkiraan median analis 10.000, sehingga menjadi 2,87 juta atau 6,8 persen, dari jumlah angkatan kerja. Ekspor Jerman diperkirakan hanya tumbuh 3 persen tahun ini dari  8,2 persen di 2011 lalu.

"Jerman merupakan negara eksporter kedua terbesar didunia setelah Cina. Ekonomi Jerman diperkirakan hanya tumbuh 0,7 persen tahun ini, dari 3 persen tahun lalu," tukas riset tersebut.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement