JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar nampaknya masih belum bisa menjauh dari level melemahnya. Hal tersebut diakibatkan oleh kondisi eksternal, khususnya Eropa yang tidak pasti. Diprediksi, rupiah masih akan bergerak di kisaran Rp9.250 per USD.
"Faktor yang mendominasi eksternal. Eropa menjadi problem yang serius dengan adanya pemiihan Presiden di Prancis beerapa waktu lalu," kata Analis Valuta Asing Yohanes Ginting, saat dihubungi Okezone, Kamis (10/5/2012).
Dia menuturkan, pemilihan presiden tersebut menjadi sorotan bagi pelaku pasar. Sebab pemilihan tersebut dimenangkan partai Sosialis, yang diketahui merupakan partai yang anti-bailout. Padahal, seperti diketahui, krisis yang melanda Eropa dan Yunani memerlukan pemulihan.
"Kalau sampai tidak setuju, Yunani bisa jadi tidak menjadi bagian dari euro, sehingga pasar panik. Semua mata uang pun mengalami pelemahan," katanya lagi.
Dirinya pun menambahkan, Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral akan terus menjaga rupiah berada di level yang aman. BI akan terus memantau pergerakan nilai tukar terhadap dolar.
Sekadar informasi, rupiah pada penutupan perdagangan sore kemarin harus kembali melemah. Apresiasi dolar AS terhadap semua mata uang turut menekan pergerakan mata uang Garuda.
Bloomberg mencatat rupiah melemah 38 poin dari Rp9.200 per USD menjadi Rp9.238 per USD, dengan kisaran perdagangan harian di Rp9.186-Rp9.255 per USD. Kurs tengah BI mencatat rupiah kembali naik lima poin ke Rp9.225 per USD, dengan perdagangan harian berada di kisaran Rp9.179-Rp9.271 per USD.