JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar diprediksi cenderung akan menguat. Rupiah ditaksir akan berada di level Rp9.385-9.425 per USD.
"Penguatan ini selain dipengaruhi oleh hasil pertemuan di Eropa juga dipengaruhi oleh rencana pemerintah melelang obligasi negara dengan jumlah indikatif Rp6 triliun pada 3 Juli 2012 untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2012," jelas analis valas Rahadyo Anggoro kepada Okezone di Jakarta, Senin (2/7/2012).
Dia menuturkan, menurut Keterangan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, nilai obligasi negara atau surat utang negara (SUN) yang akan dilelang memiliki nominal per unit sebesar Rp1 juta. Terdapat empat seri SUN yang akan dilelang yaitu seri SPN12130704, seri FR0061, FR0059, dan seri FR0058.
"Pemerintah memiliki hak untuk menjual keempat seri SUN tersebut lebih besar atau lebih kecil dari jumlah indikatif yang ditentukan (Rp6 triliun)," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, pada Jumat pekan lalu, rupiah ditutup menguat di level Rp9.400-9.410 per USD. Penguatan ini dipengaruhi oleh kabar positif terhadap pertemuan pemimpin negara di kawasan Eropa.
Dikabarkan, pertemuan pemimpin negara-negara Euro tersebut menyepakati pemberian dana kepada Bank Sentral Eropa (ECB) senilai 120 miliar euro untuk mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja senilai 110 miliar euro atau USD149 miliar, meski lebih rendah dibandingkan rencana semula sebesar 130 miliar euro.
Kesepakatan tersebut memberikan dampak positif dan bisa mengurangi perbedaan pendapat antara Perancis dan sebagian negara UE lainnya dengan Jerman yang ketat dengan aturan disiplin fiskal sebagai solusi krisis utang di negara kawasan Eropa.
Sementara kondisi dari dalam negeri, BI cukup agresif mengintervensi rupiah terhadap dolar, setelah kabar positif datang dari Eropa diperkirakan BI sedikit menurunkan aktifitasnya di pasar spot.
Dari Kementerian Keuangan juga dilaporkan bahwa total utang pemerintah pusat yang berasal dari pinjaman dan penerbitan surat berharga negara per 31 Mei 2012 telah mencapai Rp1.944,14 triliun. Angka tersebut terdiri atas pinjaman luar negeri sebesar Rp639,88 triliun, pinjaman dalam negeri sebesar Rp1,15 triliun, dan penerbitan surat berharga negara sebesar Rp1.304,26 triliun.
(Widi Agustian)