DEPOK - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok menyebutkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) industri kreatif Depok 2011 mencapai 11,87 persen atau Rp1,9 triliun. Saat ini, Departemen Perdagangan RI mencatat 15 cakupan kelompok ekonomi industri kreatif tingkat nasional.
"PDRB atau nilai tambah dari industri kreatif Depok mencapai Rp1,9 triliun. Kalau diberi peringkat, kerajinan, fesyen dan kuliner diperingkat teratas," jelas Kepala Bagian Tata Usaha BPS Depok Bambang Pamungkas, Senin (2/7/2012).
Bambang menuturkan, Departemen Perdagangan RI telah mencatat terdapat 15 kelompok ekonomi kreatif secara nasional yaitu periklanan, arsitektur, pasar dan barang seni, kerajinan, desain, mode (fesyen), film, video, fotografi. Selain itu, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, TV dan radio, riset dan pengembangan, khusus Jawa Barat ditambahkan kuliner.
Menurutnya, masyarakat yang datang ke tempat usaha kuliner tidak sekadar menghilangkan lapar, tapi mencari suasana, nilai tambah, dan lainnya. Dia mencontohkan, salah satu restoran menawarkan makanan lele dengan penampilan menarik, suasana berbeda dan pelayannya selalu menyapa setiap pengunjung.
"Kalau khusus kuliner, PDRB–nya mencapai Rp155,9 miliar. Sekarang ini memang masih banyak terpusat di kawasan Margonda," paparnya.
Menurutnya, potensi dari usaha kuliner masih bisa terus digali dan dikembangkan agar menjadi lebih baik. Kepala BPS Kota Depok Tata Juana mengungkapkan, PDRB industri kreatif atas dasar harga berlaku di 2010 sebesar Rp1.915.718,18. Dia menambahkan,secara sederhana PDRB merupakan nilai tambah dari suatu barang. Dalam artian, keuntungan yang belum dipotong ongkos produksi dan lainnya.
"Sekarang ini trennya ekonomi itu telah beralih ke industri kreatif yang berkembang pesat. Ini tidak terjadi di Depok, tapi sudah mendunia," tuturnya.