JAKARTA - Pemerintah mentargetkan defisit anggaran tahun 2013 bisa mencapai sekira 1,3 persen-1,9 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih rendah dari target 2012 yang sebesar 2,23 persen.
Wakil Ketua Badan Anggaran Joko Wijianto menjelaskan, kebijakan pembiayaan 2013 untuk menutup defisit dengan kisaran 1,3 persen hingga 1,9 persen terhadap PDB, bersumber dari pembiayaan utang dan non utang. Kebijakan pembiayaan utang 2013 adalah menggunakan pinjaman luar negeri secara cermat, mempertahankan kebijakan net negative flow pinjaman luar negeri.
"Mengupayakan tercapainya rasio utang terhadap PDB antara 21-23 persen terhadap PDB pada akhir tahun 2013," ungkapnya kala ditemui dalam Sidang Paripurna di DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (5/7/2012).
Joko melanjutkan, pembiayaan utang 2013 juga melalui pengembangan instrumen SBSN atau Sukuk Negara untuk pembiyaan infrastruktur, mengupayakan fleksibilitas pembiayaan utang, dan melakukan konversi utang pemerintah di Bank Indonesia yang tidak dapat diperdagangkan menjadi SBN yang dapat diperdagangkan.
"Dalam hal kementerian/lembaga (K/L) akan menggunakan sumber pembiayaan yang bersifat tied loan, hendaknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan komisi terkait," paparnya.
Adapun asumsi dasar dalam RAPBN 2013 yang telah disepakati antara Banggar, pemerintah dan BI, sebagai berikut:
Pertumbuhan ekonomi 6,8-7,2 persen
Inflasi 4,4-5,4 persen
Nilai tukar rupiah Rp9.000-Rp9.300 per dolar AS.
Tingkat suku bunga SPN 3 bulan 4,5-5,5 persen
Harga minyak (ICP) USD95-120 per barel
Lifting minyak 890-930 ribu barel per hari
Lifting gas bumi 1.325-1.390 ribu barel setara minyak per hari
Lifting minyak dan gas bumi 2.215-2.320 ribu barel per hari.
(Martin Bagya Kertiyasa)