PADANG - Serikat Petani Indonesia (SPI) menilai globalisasi telah membuat perusahaan-perusahaan besar merampas tanah khususnya lahan pertanian.
“Tanah-tanah dirampas di Asia, Afrika, Amerika dan Eropa untuk industri pertanian, HTI, pertambangan, proyek-proyek infrastruktur, bendungan, turisme, taman nasional, industri, perluasan daerah kota maupun untuk kegiatan militer,” kata Ketua SPI Hendri Saragih di kantor SPI Sumatera Barat, Jalan Padang Pariaman, Padang, Selasa (10/7/2012)
Kondisi ini, membuat SPI mengadakan konferensi dan seminar internasional mengenai “Implementasi Pembaruan Agraria di Abad 21” sebagai rangkaian peringatan Hari Lahir (Harlah) SPI Ke-14 dari tanggal 14-15 Juli di Bukittinggi dan 50 Kota.
Dari pertemuan ini, diharapkan dihasilkan pandangan bersama serta agenda penerapan pembaruan agraria sejati yang mencakup penerapan kedaulatan pangan, agroekologi, perlindungan keanekaragaman hayati. "Dan pengakuan atas peran perempuan dan pemuda dalam pembangunan pertanian,” tambah Hendri.
Penguasaan tanah di tingkat rumah tangga petani di Indonesia rata- rata hanya 0,3 hektar. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kurangnya produksi pangan dan tingkat kesejahteraan petani.
Pelaksanaan pembaruan agraria penting untuk menata kembali struktur ketimpangan penguasaan agraria tersebut selain pendistribusian tanah pada petani khususnya bagi pembangunan pertanian pangan. (gna)
(Rani Hardjanti)