JAKARTA - Kebijakan-kebijakan pemerintah dinilai tidak sesuai dengan masalah Ekonomi Indonesia khususnya mata uang Rupiah. Pasalnya masalah utama di Indonesia adalah Kepercayaan.
ujar Pengamat Ekonomi dari Institute Development Economics And Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengungkapkan, berdasarkan penuturan Direktur Eksekutif Direktorat Perencanaan Strategis dan Humas Bank Indonesia (BI) Difi A Johansyah Dana Hasil Ekspor (DHE) sudah mulai masuk.
"Minimal saya mau dapat gambaran. Kenapa mereka lebih percaya kepada dolar bukan Rupiah," ujar dia di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (24/8/2013).
Dia melanjutkan, saat ini yang dibutuhkan oleh investor adalah kepercayaan. Kepercayaan terhadap kebijakan, maupun kemampuan ekonomi Indonesia untuk bertumbuh.
"Gimana mau percaya dengan kebijakan kita, setiap nota keuangan selama pemerintahan ini pernah enggak tidak meleset target? Malah dalam beberapa bulan saja sudah ada APBN-Perubahan," jelas dia.
Di kesempatan yang sama, Difi mengatakan, kebijakan-kebijakan baru tersebut adalah cerminan dari fundamental ekonomi. Menurutnya, hal tersebut merupakan masukan para pengusaha-pengusaha di Indonesia.
"Rupiah itu cermin fundamental ekonomi tiap hari memang berubah, saat Rp8.500 per USD itu keseimbangan saat itu. Sekarang Rp10.000 per USD itu keseimbangan baru, eksportir happy pengusaha happy. Tapi importir enggak happy," tuturnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)