SOLO - Kalangan penerbit buku bacaan mengakui maraknya buku elektronik (e-book) dan sejenisnya melalui media internet telah menggerus omzet produk buku bacaan dari kertas terutama bacaan hiburan.
“Adanya e-book memang menurunkan omzet buku bacaan sampai 15 persen,” ujar Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Jawa Tengah, Siswanto saat bertemu Okezone.
Namun demikian, kata Siswanto, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai kapanpun memang buku kertas tidak mungkin tergantikan. Karena ada nilai plus tersendiri. Bisa dibawa ke mana-mana dan fleksibel.
“Tetapi, secara ekonomis, kita rasakan bahwa kehadiran buku elektronik juga menggerus buku-buku kertas. Dan ini tidak hanya dirasakan oleh penerbit Indonesia saja tetapi juga penerbit dunia,” jelasnya.
Sejauh ini, menurut Siswanto, buku dari kertas yang tergerus baru sebatas buku bacaan hiburan, sedang buku pelajaran dan buku ilmiah masih aman. Buku ilmiah belum terpengaruh karena buku ilmiah umumnya tebal-tebal.
“Buku ilmiah, referensi dan teks memang khusus dan unik. Orang justru ingin memiliki buku tersebut dari kertas,” jelasnya.
(Widi Agustian)