JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya penurunan angka tenaga kerja di sektor pertanian per Februari 2014. Pengurangan jumlah petani ini, bisa jadi akan mempengaruhi produksi beras Indonesia.
Namun, Menteri Pertanian Suswono menilai pelambatan tersebut sebagai sesuatu yang positif. Penurunan tersebut, diyakini akan memperbaiki besaran rasio antara jumlah petani dan luas lahan menjadi lebih sempit.
"Saya kira malah bagus. Kalau menurut saya pertanian ini kan justru rasio antara petani dengan lahan ini kan makin sempit. Justru kalau jumlah petaninya malah berkurang ini malah akan bagus. Artinya rasio lahan dan petani akan meningkat," tuturnya ketika ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (8/5/2014).
Dia meyakini, jumlah petani yang lebih kecil dan luas lahan garapanya itu tidak akan membahayakan ketahanan pangan nasional, yang selama ini terus dikhawatirkan oleh banyak pihak.
" Yang penting adalah bagaimana yang menurun ini diserap sektor industri. Jadi begitu seharusnya karena kita ingin pengolahan. Sekarang ini rasio antara petani dengan lahan hanya 500 meter persegi," terangnya.
"Jadi kalau terjadi penurunan saya malah senang. Karena mudah-mudahan lahan semakin bertambah. Yang saya khawatirkan menurun tapi rasionya masih tetap. Karena persoalan utama masalah lahan harus diselesaikan. Artinya akses terhadap lahan mau tidak mau petani harus diberikan, agar ada tambahan itu," tambahnya.
Suswono menegaskan, reformasi agraria perlu untuk segera direalisasikan sebagai salah satu solusi terhadap persoalan ketersediaan lahan bagi para petani. Menurut dia, seharusnya setiap Kepala Keluarga itu mengelola kurang lebih 2 hektare lahan. Sementara saat ini, ungkapnya, setiap KK baru bisa menggarap 0,3 ha. Dengan kondisi itu, dirinya yakin petani Indonesia tidak akan sejahtera.
"Sekarang faktanya sekarang kita ada defisit lahan kok 60.000 hektar per tahun. Sekarang ada konversi di atas 100.000 kemampuan cetak sawah hanya 60.000 dengan anggaran yang ada. Artinya defisit kan. Jadi memang kalau tidak diselesaikan permasalahan lahan akan menjadi ancaman pangan ke depan. Jadi perlu reformasi agraria," pungkasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)