JAKARTA - Hingga kuartal III-2010 investasi Amerika Serikat (AS) di Indonesia mencapai USD871 juta di luar migas. Pemerintah optimistis hingga akhir 2010 nilainya masih akan meningkat.
Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, investasi Amerika di Indonesia pada 2008 mencapai USD157 juta. Pada 2009 naik sebesar USD14 juta dari total investasi tahun itu USD171 juta. “Kami optimistis akan lebih meningkat lagi,” kata Hatta di kantornya kemarin.
Hatta menjelaskan, ke depan pemerintah harus mengembangkan peluang-peluang investasi AS ke Indonesia. Jika melihat peningkatan investasi AS, hal tersebut menunjukkan negeri Paman Sam menilai Indonesia sebagai negara mitra yang strategis. Kata Hatta, hal tersebut telah diungkapkan pihak AS saat Obama berkunjung ke India.
Hingga kini investasi AS menempati peringkat ketiga terbesar di Indonesia. Sementara pada 2009 lalu, nilai investasi AS di Indonesia hanya berada di peringkat tujuh.
“Kenaikan ini memang sangat mengejutkan. Ini menunjukkan ketertarikan investor asal AS menanamkan modalnya di Indonesia semakin membaik, seiring kondisi Indonesia yang semakin kondusif,” kata mantan menteri perhubungan ini.
Sikap AS yang menjadikan Indonesia mitra strategis di bidang investasi akan memengaruhi negara lain untuk berinvestasi di Indonesia. Terkait perdagangan Indonesia- AS, Hatta mengatakan mengalami surplus. “Ekspor Indonesia ke AS juga menempati posisi ke-3. Realisasi nilai perdagangannya sebesar USD21 miliar,” ungkapnya.
Relokasi Pabrik
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan menyatakan, beberapa pengusaha Amerika berencana merelokasi sejumlah pabrik peralatan beratnya ke Indonesia untuk memenuhi kepentingan pasar Asia, khususnya Asia Tenggara.
Investor Amerika saat ini sudah memiliki pandangan yang berbeda mengenai potensi Indonesia bila dibandingkan beberapa tahun lalu. Mereka ingin sekali berinvestasi dengan skala yang lebih besar dari sebelumnya.
Gita mengatakan, nilai investasi Amerika di Indonesia sebelumnya masih di bawah USD1 miliar dan dominasi arus modal masih dari kawasan Asia Tenggara. Sedangkan target investasi 2010 Indonesia mencapai Rp161 triliun di mana realisasi semester I mencapai Rp92 triliun.
Target investasi untuk lima tahun mendatang mencapai Rp1.500 triliun yang merupakan gabungan antara penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Gita Wirjawan memperkirakan, jika rencana relokasi pabrik dari Amerika terlaksana, maka target investasi Rp1.500 triliun akan mudah dicapai.
Hal itu karena saat ini Amerika sudah masuk dalam daftar investor asing terbesar di Indonesia. “Kita optimistis jika pabrik itu jadi direlokasi, target investasi tersebut akan tercapai,” kata Gita.
Seperti diberitakan sebelumnya, Wakil Presiden Boediono mengungkapkan antusiasme pengusaha AS untuk berinvestasi di Indonesia meningkat. ”Dibandingkan enam bulan lalu,saat saya bertemu dengan mereka di Washington, kali ini mereka lebih antusias,” kata Boediono.
Ekonom Intercafe Iman Sugema mengatakan, Pemerintah Indonesia jangan terlalu berharap banyak dari kunjungan Presiden AS Barack Obama ke Indonesia,misalnya nilai investasi AS di Indonesia akan meningkat.
“Kita semua menyadari bahwa ekonomi AS belum sepenuhnya pulih, pengusaha mereka juga memiliki banyak masalah. Jadi realistis saja, jangan berharap investasi besar-besaran dari AS ke Indonesia,” ujar Iman saat dihubungi tadi malam.
Menurut dia, kunjungan Obama kali ini idealnya diarahkan untuk menjalin kerja sama dan hubungan baik antarkedua negara. Sehingga, kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah AS dan bisa memengaruhi perekonomian global tidak kontraproduktif dengan kebijakan Indonesia yang kini berupaya menggenjot pertumbuhan ekonominya.
“Lebih baik kerja sama itu di bidang pendidikan dengan membuka seluas-luasnya akses pelajar kedua negara. ini akan lebih banyak manfaatnya,” tandasnya.
Sementara itu, Pemerintah AS memberikan bantuan hibah melalui program Millennium Challenge Corporation (MCC) sebagai salah satu bentuk kerja sama dari Pemerintah AS dalam mendukung pembangunan di Indonesia. Pada tahap pertama program MCC, Indonesia berhasil memanfaatkan bantuan pada 2007–2008 lalu sebesar USD55 juta.
Setelah dinilai berhasil, tim verifikasi program MCC dari AS memutuskan Indonesia berhak memperoleh bantuan hibah tahap kedua senilai antara USD700 juta hingga USD1 miliar.
“Indonesia mengusulkan ke AS proyek apa saja. Saat ini dalam rangka pengusulan proyek tersebut,” ungkap Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Dedi Priatna kemarin. Indonesia dinyatakan layak melalui proses MCC compact yang dilakukan oleh Dewan Direksi MCC pada Desember 2008.
Kelayakan sebuah negara untuk memperoleh bantuan MCC didasarkan pada sistem penilaian 17 indikator kebijakan yang independen dan transparan dari data-data internasional.“ Proyek itu akan diusulkan ke mereka awal tahun depan, sekarang final dari kita awal tahun depan,” ujarnya. (bernadette lilia nova/ wisnoe moerti)