JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi berada di level Rp9.170-9.220 per USD. Rupiah pun masih akan dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam dan luar negeri.
"Ditundanya kenaikan BBM akan membuat ketidakpastian semakin panjang sehingga akan membuat harga di sektor riil tetap naik dan memberikan dampak inflasi walaupun sebenarnya harga BBM belum naik," ungkap Treasury Analyst Telkom Sigma Rahadyo Anggoro melalui pesan singkatnya kepada okezone di Jakarta, Senin (2/4/2012).
Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi inflasi Maret akan naik tipis dibanding bulan sebelumnya. Rencana penerbitan surat utang negara (SUN) pada 3 April 2012 mendatang juga berpengaruh.
"Data dari Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Negara dengan target indikatif lelang SUN kali ini mencapai Rp6 triliun," akunya.
Selanjutnya, melihat kondisi eksternal adalah sentimen negatif datang dari Spanyol atas kemungkinan pemerintah Spanyol yang tidak begitu agresif dalam penetapan target defisit. "Jelang sidang parlemen Spanyol dalam rangka membahas anggaran diwarnai dengan aksi unjuk rasa," katanya.
Perlambatan ekonomi China juga diperkirakan masih berpengaruh terhadap pelemahan rupiah. Faktor lain pelemahan rupiah adalah dari Amerika yaitu rilis data US unemployment claim lebih buruk dari ekspektasi investor yaitu 359.000 drari ekspektasi 351.000.
Informasi saja, menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah diperdagangkan pada kisaran Rp9.180 per USD, dengan range perdagangan harian Rp9.134-Rp9.226 per USD. Sementara menurut Bloomberg, rupiah berada dalam kisaran Rp9.153 per USD, dengan rata-rata perdagangan harian Rp9.133-Rp9.211 per USD.
(Widi Agustian)